Author : Wintervina
Genre : Comedy (Maksa)
Cast : Arioka Daiki (HSJ), Yamada Ryosuke (HSJ), Nishiuchi Mariya, and other member of HSJ
Type : Multi-chapter
---------------------------------------------------------------------------------
Chapter 2
Daiki mendengarkan permohonan Yamada sambil manggut-manggut. Ternyata Yamada sedang jatuh cinta dengan teman barunya. Dengan sigap, Daiki kemudian mengobrak-abrik saku ukuran jumbo yang terletak di bagian perutnya yang kelihatan membuncit itu.
“Kau sedang cari apa sih?” tanya Yamada yang bingung melihat tingkah penguin itu.
“Aku sedang mencari sesuatu di kantung ajaibku!”
“Bhuahahaha~! Apa tadi kau bilang? Kantung ajaib?” Yamada tertawa terpingkal-pingkal menatap kantung jumbo yang ada pada baju di bagian perut penguin itu.
“Kalau kau tak berhenti tertawa juga, aku tak akan mengabulkan permintaanmu!” ancam Daiki kesal─merasa dirinya diremehkan oleh Yamada.
Mendengar ancaman Daiki, Yamada langsung diam bagai patung. Ia takut bila Daiki tak jadi menolongnya.
“Nah, ini diaa~!” ujar Daiki sambil menarik sesuatu keluar dari kantung ajaibnya.
“Payung Kasih Sayang! Dengan berada di bawah payung ini selama 5 menit maka orang yang berada di sebelah kanan akan menyukai orang yang ada di sebelah kiri," lanjut Daiki menjelaskan fungsi alat yang ia pegang tersebut.
“Wah, keren sekali! Aku ingin menggunakannya sekarang! Cepat berikan padaku!” pinta Yamada tak sabaran.
“Eiits! Enak saja! Sediakan dulu lima mangkuk ramennya, baru kau boleh bawa payung ini!” ujar Daiki memperingatkan.
“Ah, ternyata kau ingat juga. Iya deh, iya! Dasar tukang makan!” celetuk Yamada sambil berniat pergi menyiapkan ramen untuk Daiki.
“Apa yang barusan tadi kau katakan?!” teriak Daiki sambil berkacak pinggang.
“Eh, t-tidak ada. Aku bilang kau baik sekali mau menolongku. Aku jadi terharu,” dusta Yamada sambil terus mengutuk Daiki dalam hati. Mendengar apa yang dikatakan Yamada, penguin itu menjadi tersipu-sipu.
***
Yamada keluar rumah dengan membawa payung berwarna merah muda. Ia tersenyum-senyum sendiri sepanjang jalan. Tak sabar rasanya ia ingin berjumpa dengan Nishiuchi Mariya, gadis pindahan yang telah mencuri hatinya. Namun saat di persimpangan jalan, ia pun berjumpa dengan gadis pujaannya itu. Kelihatan sekali kalau Mariya sedang dalam keadaan terburu-buru. Melihat hal itu, Yamada segera berlari mengejar gadis berambut panjang itu.
“Mariya-chaaan~!” teriaknya sambil berlari-lari melambaikan tangan.
Gadis bertubuh tinggi darinya itu pun menoleh dengan tatapan heran.
“Eh, Yama-chan? Kau mau ke mana? Kok bawa payung?” tanya Mariya menatap heran pada pemuda yang telah berada di sampingnya.
“Ngg, aku cuma jalan-jalan saja tadi. Tak menyangka akhirnya berjumpa dengan kau di sini,” ujar Yamada beralasan sambil membuka payung yang dari tadi dibawanya.
“Kau sendiri mau ke mana? Kok kelihatannya buru-buru sekali?” tanya Yamada menatap kagum gadis berperawakan tinggi yang berada di sampingnya.
“Aku ada janji dengan Yuto-kun. Ano, Yama-chan aku pergi duluan ya! Aku takut Yuto terlalu lama menunggu!” ujar Mariya yang akhirnya berlari meninggalkan Yamada.
“Mari-chaaan~! Chottooo~! Kita kan bisa jalan sama-sama!” teriak Yamada sambil berusaha mengejar Mariya.
“Aku malu jalan denganmu Yama-chan! Kau aneh! Tak ada hujan dan panas bawa payung! Ahahaha~!” teriak Mariya dari kejauhan menertawakannya. “Daah, Yama-chan~!” ujar Mariya lagi sambil melambaikan tangannya pada Yamada yang diam mematung dengan wajah tertunduk.
“Payung ini malah membuatku maluu~! Awas saja kau Penguin Cebol! Akan kuhajar perut buncitmu nanti!” geram Yamada.
***
Yamada datang ke rumah dengan kesal. Kekesalannya bertambah saat melihat seluruh isi kulkasnya lenyap tak bersisa. Di ruang tengah dilihatnya Si Penguin Daiki sedang tidur pulas dengan perutnya yang bagaikan gunung meletus yang siap memuntahkan lahar panas.
PAP! PAP!!
Yamada menepuk-nepuk perut buncit Daiki dengan kesal.
“Ittai~!” Daiki yang merasa kesakitan terbangun dari tidurnya.
“Uh, kau ini bagaimana sih?! Kenapa malah menggangguku?! Padahal aku kan lagi mimpi indah menyantap ramen sepuluh mangkuk!”
Ah, si penguin itu tak hanya di dunia nyata, di mimpi pun yang dilakukannya hanya makan.
“Kau telah menipuku! Sekarang kau harus pergi dari sini!” ujar Yamada dengan emosi yang berapi-api.
“Menipu? Maksudmu apa? Enak saja main usir-usir begitu. Memangnya kau pikir aku ini ayam? Hu~uh...”
“Hei, dengar ya, gara-gara payung sialan ini, Mariya jadi menganggapku aneh!”
Dahi Daiki seketika menjadi berkerut.
Yamada pun menceritakan secara rinci saat pertemuannya dengan Mariya. Mendengar cerita Yamada, Daiki dengan segera menghadiahkan Yamada sebuah jitakan di kepalanya.
“Baka! Kenapa kau malah menjitakku?!” protes Yamada kesal.
“Yang baka itu KAU! Wajar saja Mariya menganggap kau aneh. Biar aku saja yang turun tangan,” ujar Daiki yang kemudian mengambil payung merah muda itu dan kemudian berjalan keluar rumah.
“Kau mau kemana? Hoii~!” susul Yamada sambil berteriak-teriak memanggil si penguin.
***
Daiki akhirnya selesai menyangkutkan Payung ‘Kasih Sayang’ itu di salah satu dahan pohon yang terletak di pinggir jalan tempat Yamada tadinya bertemu dengan Mariya. Ia tersenyum-senyum senang menatap payung itu.
“Nah, sudah beres. Nanti kau tinggal mengajak Mariya berbicang-bincang di bawah pohon ini selama lima menit, maka setelah itu ia bakal langsung menyukaimu” terang Daiki pada Yamada.
Mendengar itu Yamada jadi tersenyum senang. Ia telah membayangkan Mariya─gadis anggun berambut panjang itu akan segera mengejar-ngejarnya. Lamunan Yamada buyar saat mendengar ponselnya berdering.
“Moshi-moshi," ujar Yamada riang.
“Hoi, Yama-chan, kau di mana sekarang? Aku sekarang ada di depan rumahmu ingin mengambil salinan PR Fisikaku yang kau pinjam tadi siang,” ujar suara nyaring di seberang yang adalah suara Chinen Yuuri─teman dekat Yamada.
“Oh, baiklah Chinen. Kau tunggu di sana sebentar. Aku akan berada di rumah sebentar lagi.”
“Oke. Jangan lama-lama ya. Aku harus menemani Okaa-san berbelanja.”
“Iya, tenang saja. Sebentar lagi aku datang,” ujar Yamada meyakinkan sahabatnya.
Setelah percakapan itu berakhir, Yamada segera memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan kemudian berlari pergi.
“Hooiii~! Kau mau ke mana?! Masa aku ditinggal sendiri?!” teriak Daiki kesal.
“Tunggu saja di situuu~! Jangan cereweeet~!” balas Yamada berteriak.
Daiki semakin kesal mendengar jawaban Yamada. Ia pun akhirnya memilih duduk di bawah pohon rindang itu.
“Ah, lapar! Sampai kapan aku mesti menunggu di sini?! Di sini sama sekali tak ada makanan~” keluh Daiki sambil memegangi perutnya yang kelihatan mengempis.
Tiba-tiba datang seorang lelaki tua berumur sekitar tujuh puluh tahun menghampirinya.
“Permisi. Numpang tanya. Apakah kau tau alamat rumah Tuan Okamoto?” ujarnya pada Daiki yang masih menahan rasa sakit pada perutnya yang keroncongan.
“Oh, maaf. Aku sama sekali tak tau, kek. Aku orang baru di sini,” jawab Daiki sopan.
“Kau barusan bilang apa? Maaf saya tak bisa mendengar dengan jelas perkataanmu.”
Daiki sangat kesal sekali begitu menyadari bahwa kakek tua itu memiliki pendengaran yang kurang bagus. Saat ia hendak mengulang perkataannya dengan suara yang lebih lantang, tiba-tiba saja kakek tua itu semakin mendekatinya.
“Aku sangat menyukaimu, Sayang~” ujar kakek itu berusaha menyentuh Daiki.
Daiki dengan panik berlari ketakutan. Ia baru sadar kalau kakek itu telah mendapat pengaruh dari Payung ‘Kasih Sayang’ yang ia sangkutkan di dahan pohon itu.
“Jangan lari, Sayangku. Aku tak bisa hidup tanpamuuu~” ujar kakek itu berlari menyusul Daiki.
“Gyaaaa~! Tolooong~!!!” teriak Daiki histeris sepanjang jalan.
***
Sore itu cuaca yang semula cerah berubah menjadi mendung. Dan tak lama kemudian, hujan pun turun dengan lebat di kota Tokyo. Saat sedang hujan lebat tersebut, Yamada dikagetkan dengan suara gedoran pada pintu rumahnya. Dengan tergesa-gesa Yamada segera membuka pintu rumahnya.
“Daiki-sama!” ujar Yamada kaget.
Daiki buru-buru masuk ke dalam rumah, sementara Yamada masih menatapnya heran. Daiki menggigil karena pakaiannya basah kuyup semua. Melihat itu, Yamada bukannya iba. Malah ia kembali teringat rencananya pada Mariya.
“Daiki-sama, di mana Payung Kasih Sayangnya? Mumpung sekarang sedang hujan nih! Aku ingin menjemput Mariya ke rumah Yuto,” ujar Yamada dengan wajah sumringah.
“Payungnya masih di pohon tadi.”
“Baka! Kenapa ditinggal di sana?!”
“Uh, kau tak tau, gara-gara payung itu aku dikejar-kejar kakek tua bangka sepanjang jalan! Ambil saja sendiri ke sana!” ujar Daiki kesal.
“Enak saja! Aku tak mau! Bukannya kau janji untuk menolongku?! Kalau begitu aku akan mengusirmu sekarang!”
“Eh...eh.., iya deh iya~ Jangan marah begitu dong! Tunggu sebentar,” Daiki akhirnya terpaksa mengobrak-abrik kantung ajaibnya yang basah kuyup itu.
“Nah, untung masih ada! Payung Kasih Sayang Duplikat!” ujar Daiki mengeluarkan payung merah muda dari dalam kantung ajaibnya. “Nah, sekarang cepat jemput Mariya sana~! Sementara kau menjemputnya, aku akan menyantap strawberry shortcake itu,” ujar Daiki menunjuk strawberry shortcake yang tergeletak di atas meja ruang tengah.
“Gyaaaa~! Jangaaan! Itukan pemberian Chinen untukku!” teriak Yamada tak rela.
“Kau lebih pilih strawberry shortcake ini atau Mariya-mu??” tanya Daiki tersenyum licik.
Yamada menggaruk bagian kepalanya yang tak gatal itu.
“Ah itu pilihan yang sulit!” gerutu Yamada.
“Tidak bisa begitu! Kau harus memilih! Enak saja mau dua-duanya!”
“Iya deh. Strawberry shortcake itu untukmu saja!” ujar Yamada pasrah.
Mendengar itu, tanpa aba-aba lagi Daiki segera menyantap strawberry shortcake lezat yang dari tadi diincarnya. Sementara Yamada hanya bisa menelan ludah menyaksikannya.
***
Yamada menyusuri jalan sambil tersenyum-senyum sendiri. Hujan masih turun dengan lebat. Dan ia berniat untuk menyusul Mariya ke rumah Yuto. Ia telah membayangkan Mariya pasti akan sangat senang dan berterima kasih padanya karena telah menjemputnya dan membawa payung sehingga ia bisa pulang walau pun hari sedang hujan lebat. Namun di tengah jalan ia bertemu dengan temannya, Yaotome Hikaru.
“Hooi, Yama-chan, kau mau kemana? Aku ikut dong!” teriak Hikka.
“Jangaan! Aku mau ke rumah Yuto, nih!”
Namun Hikaru malah berlari mendekatinya─bahkan masuk dalam naungan payung Yamada.
“Hoii! Hikka-kun! Kau apa-apaan?! Aku kan bilang aku mau ke rumah Yuto!” Yamada mulai panik.
“Iya, aku dengar. Tapi rumahku 'kan searah dengan rumah Yuto. Jadi tak salah kan aku ikut kau sampai ke rumahku? Masa kau pelit sih sama temanmu sendiri?” ujar Hikaru meminta pengertian Yamada.
“Ano, bukan begitu. Tapi...”
“Sayang, aku sangat menyukaimu sejak dulu,” ujar Hikaru menatap Yamada.
Yamada menjadi ketakutan. Rupanya Hikaru telah terkena pengaruh Payung Kasih Sayang miliknya.
“Hikka-kun, sadarlah. Aku ini sahabatmu!!” ujar Yamada panik sambil mengguncang tubuh Hikka.
“Sayang, kaulah yang aku cari selama ini~” ujar Hikaru semakin gila. Melihat itu Yamada segera melempar payungnya dan berlari tak tentu arah. Di belakangnya Hikaru mengejar-ngejarnya sambil terus menghujaninya dengan kata-kata cinta.
“Gyaaaa~! Tolong akuuu~! “ teriak Yamada di tengah guyuran hujan.
“Sayangkuuuu, jangan pergiiii~!!” teriak Hikaru yang masih setia mengejarnya di belakang.
Dari kejauhan, Mariya dan Yuto tertawa terpingkal-pingkal melihat adegan antara Yamada dan Hikaru.
***
To Be Continue...
0 komentar:
Posting Komentar