Author : Wintervina
Genre : Comedy (Maksa)
Cast : Arioka Daiki (HSJ), Yamada Ryosuke (HSJ), Nishiuchi Mariya, and other member of HSJ
Type : Multi-chapter
---------------------------------------------------------------------------------
Chapter 1
Dari kejauhan terlihat seorang pemuda dengan wajah gelisah berjalan tertatih-tatih. Dapat kau lihat, ia memiliki tubuh yang terbilang pendek untuk anak seusianya. Dan rambutnya sengaja diwarnai semi-cokelat. Sesekali matanya menatap sesuatu menyerupai cermin yang ada di genggamannya yang dari kejauhan tampak berkilat terkena cahaya matahari.
“Ah, masa iya sih kata Ryutaro, dengan benda ini aku bisa mengubah benda mati menjadi hidup?? Benar-benar tak masuk akal!” gumam anak itu pada dirinya sendiri.
Setibanya di rumah, ketika pemuda itu hendak menyalakan televisi di ruang tengah, ia tak sengaja melihat boneka penguin jumbo milik adik perempuannya─Mika─tergeletak di atas sofa. Saat hendak memindahkan boneka penguin itu, tiba-tiba saja perkataan Ryutaro saat di sekolah tadi terngiang kembali di benaknya.
# FLASHBACK #
“Woy, Yama-chaan~! Kemarilaaahh~! Ada sesuatu yang ingin kuberitau padamuuu~!”
Ryutaro berteriak di depan pintu gerbang sekolah. Melihat hal itu, pemuda yang dipanggil Yama-chan itu segera berlari ke arah pemuda yang memiliki tinggi yang jauh melampauinya.
“Ada apa sih, Ryuu?” tanyanya dengan wajah penasaran.
“Ini, terimalah,” ujar Ryutaro sembari menyerahkan sesuatu menyerupai cermin berbentuk bundar. “Dengan ini benda mati dapat kau ubah menjadi hidup,” ujarnya dengan mimik serius.
“BAKA~!” ujar pemuda yang lebih pendek tersebut sambil menepuk jidat sahabatnya itu. “Kau pikir aku anak TK yang dengan polosnya dapat kau bodohi?!” teriak pemuda berwajah chubby itu dengan berteriak lantang sehingga beberapa orang yang sedang berlalu lalang seketika menoleh ke arah keduanya.
“Ya sudah kalau kau tak percaya, aku tak akan memaksa. Yang penting aku sudah memberitahumu...” ujar Ryutaro yang setelah itu berjalan meninggalkan pemuda yang lebih pendek darinya itu.
# FLASHBACK END #
“Ah, dasar Bocah! Berani-beraninya dia mengusiliku! Awas saja besok akan kubalas dia!” ujar pemuda berwajah chubby yang bernama Yamada Ryosuke itu─yang mendadak emosi saat ingat peristiwa tadi siang saat Ryutaro bermaksud mengerjainya lagi seperti yang sudah-sudah.
Namun entah apa yang mendorongnya untuk mengambil cermin berbentuk bundar itu dari dalam tas sekolahnya. Dengan ragu ia menempelkan cemin itu pada boneka penguin milik adiknya─Mika.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
20 detik...
Hingga 20 detik setelah menempelkan cermin itu, tak terjadi perrubahan apapun pada boneka penguin itu. Boneka itu masih pada posisi terbaring pasrah di atas sofa.
“Dasar Bocaaah~!! Ryutarooo~! Kupastikan besok kau tak akan selamat~!” maki Yamada dengan setengah berteriak kesal merasa ditipu untuk kesekian kalinya oleh Ryutaro.
Namun saat ia bermaksud untuk mengambil cermin itu dari boneka penguin tersebut, tiba-tiba saja muncul asap putih yang menyelimuti seisi ruangan tempat ia berada. Untuk beberapa saat pemuda itu tak bisa melihat apapun di sekelilingnya. Ketika asap putih itu mulai menghilang, Yamada seketika berteriak histeris karena menangkap keberadaan sosok asing tepat di hadapan wajahnya.
“K-kau siapa?!” tunjuknya pada mahluk asing yang sedang tersenyum menatapnya.
“Halooo~!! Masa sih kau tak kenal aku??”
Mahluk asing itu bukannya menjawab, malah balik menanyai Yamada.
“Memangnya kau pikir kau siapa sampai aku wajib tahu nama mahluk aneh sepertimu?!! Dasar muka balon!!” ejek Yamada pada mahluk asing yang cerewet itu.
“Huuh~! Dasar tak tau diri! Seharusnya kau segera bercermin sana~! Kalau aku balon, berarti kau juga! Ahahaha~!” ujar mahluk asing itu tertawa senang.
Yamada seketika terdiam. Ditatapnya mahluk asing itu sebelum kemudian ia melihat dirinya sendiri.
Jika kau berada di ruangan itu juga, kau pun akan segera mengerti penyebab bungkamnya pemuda berpipi chubby itu.
Jika dilihat sekilas, ia dan mahluk asing itu memang memiliki banyak kesamaan. Kesamaan pertama terletak pada tinggi badan yang sama-sama terbilang boncel. Persamaan kedua terletak pada berat badan yang seperti dapat kau lihat. Atau kau dapat bayangkan sendiri balon itu seperti apa? Terkecuali balon kempis tentunya. Jadi aku tak menyalahkan kau jika pada akhirnya kau mengira dua mahluk yang ada di ruangan ini sebagai saudara kembar.
“Hei! Berhentilah tertawa! Kau pikir tawamu itu seksi?! Dan kutanya sekali lagi, KAU SIAPA??!”
Seketika mahluk asing itu menghentikan tawanya dan menatap Yamada.
“Yaah, setidaknya suaraku lebih seksi dibanding kau. Namaku Arioka Daiki. Panggil saja aku Daiki-sama,” ujar mahluk asing itu melemparkan senyum semanis madu ke arah Yamada yang berhasil membuat Yamada memasang tampang ingin muntah.
“A-apa??! Memangnya kau siapa sampai aku harus menghormatimu seperti itu?! Cih!”
Yamada memalingkan wajahnya tak mau menatap mahluk asing yang mengaku bernama Daiki itu.
“Kau masih tanya juga?? Sekarang 'kan aku adalah majikanmu, jadi sudah sepantasnya kau menghormatiku!”
“Majikan?? Apa-apaan lagi ini?! Oh..., jangan-jangan kau maling jemuran yang ingin mencuri jemuran di rumah ya?! Ayo, mengaku saja! Pantas saja jemuran di rumah belakangan ini sering hilang!” ujar Yamada yang sudah siap menghajar mahluk asing itu.
“Woooiii~! Apa-apaan sih?! Aku ini Daiki jelmaan boneka penguin milik adikmu! Baka! Seenaknya saja main tuduh maling jemuran! Tidak elit sekali! Hari gini masih jadi maling jemuran?? Nggak banget deh~! Membeli kau saja aku bisa kalau kumau. Sayang saja aku tak suka koleksi manusia baka seperti kau!” ujar Daiki yang merasa tersinggung.
Yamada kaget setengah mati mendengar penuturan Daiki. Dapat kau lihat bagaimana ia dengan kalapnya mencari boneka penguin di seluruh penjuru ruangan, sementara Daiki yang menyaksikan ulahnya hanya bisa terkikik geli.
***
Kuyakin kau tentu merasa pusing bila melihat Yamada yang sejak sejam yang lalu mondar-mandir seperti setrikaan di ruang makan. Sesekali matanya melirik ke arah meja makan di mana di salah satu kursinya bertenggerlah seekor penguin dengan wujud manusia.
“Daiki-sama, kau sudah menghabiskan jatah makan siangku! Apa kau tak kenyang juga?!” pemuda chubby itu akhirnya tak mampu lagi untuk menahan kekesalannya.
“Hahaha, makanannya enak sih. Sampai tak terasa aku telah menghabiskan makanannya tiga mangkuk,” ujar Daiki sambil mengelus-elus perutnya yang sepintas mirip wanita yang sedang hamil sembilan bulan. Mendengar itu, Yamada menjadi bertambah geram.
“TAPI AKU BELUM MAKAN!” ujar Yamada hampir menangis karena perutnya yang menderita keroncongan sejak tadi.
“Loh, baguslah... sebaiknya kau diet saja. Akan tak enak dilihat jika kau berpenampilan seperti ini. Aku akan sangat malu jika sampai aku yang kawaii ini disamakan dengan bocah gembul sepertimu!”
“HEI, SEHARUSNYA AKU YANG BILANG BEGITU! Enak saja aku disamakan dengan penguin cebol yang hanya bisa makan sepertimu!”
Mendengar perkataan Yamada tersebut membuat Daiki berdiri dari tempat duduknya.
“Huh, beraninya kau menghinaku Bocah Bulat! Ya sudah, aku tak akan mau membantumu!”
“Memangnya kau bisa membantu apa, eh? Membantu menghabiskan jatah makan siangku?! Lagian siapa juga yang perlu bantuanmu, Mr. O!”
“A-apa kau bilang??!” Daiki segera berkacak pinggang sambil mendengus kesal.
“Padahal aku berniat akan menolongmu dan juga mengabulkan segala permohonanmu. Tapi karena kau tak membutuhkanku, ya sudah aku pergi saja!” ujar Daiki yang siap meninggalkan Yamada. Namun pada langkah ketiga, Yamada kemudian mencegatnya.
“Siapa yang menyuruhmu pergi?! Kau kira setelah menghabiskan makanan di rumahku kau dapat pergi begitu saja, Penguin Cebol?!”
“Hei, menyingkirlah Bocah Aneh! Beri aku jalan!”
“Tidak! Tidak akan kubiarkan kau pergi sebelum kau mengabulkan permohonanku,” ujar Yamada yang merentangkan kedua tangannya.
Mendengar hal itu, wajah Daiki seketika terlihat cerah kembali.
“Oke, baiklah. Aku akan mengabulkan permohonanmu asalkan kau memberiku lima mangkuk ramen lagi,” ujarnya kemudian tersenyum licik.
Semula Yamada kaget mendengar permintaan Daiki. Namun setelah berpikir sejenak, ia pun akhinya menyetujuinya.
“Nah, sekarang katakan apa yang menjadi permohonanmu,” tanya Daiki .
Yamada tersenyum malu-malu.
“Aku...aku ingin gadis pindahan itu menyukaiku juga,” ujarnya dengan semburat merah menghiasi pipi chubbynya.
***
0 komentar:
Posting Komentar