Author : Wintervina
Genre : Comedy (Maksa)
Cast : Arioka Daiki (HSJ), Yamada Ryosuke (HSJ), Nishiuchi Mariya, and other member of HSJ
Type : Multi-chapter
---------------------------------------------------------------------------------
Chapter 3
Daiki hari ini uring-uringan. Sudah berapa kali Yamada menawarkannya untuk makan namun tak digubrisnya sama sekali. Padahal biasanya penguin itu telah menghabiskan berpuluh-puluh mangkuk ramen di siang hari seperti sekarang. Hal ini tentunya membuat Yamada merasa heran dan bertanya-tanya apakah gerangan yang sedang terjadi pada Penguin Cebol itu.
“Daiki-sama, makanlah. Aku telah menyiapkan makanan untukmu di meja makan,” ujar Yamada pada Sang Penguin yang duduk melamun dengan wajah murung.
Dengan malas Daiki mengalihkan pandangannya pada Yamada yang entah sejak kapan telah berada di hadapannya.
“Ah, aku sedang tak berselera. Kau makan sendiri sajalah,” ujarnya kemudian membenamkan wajahnya di antara kedua lipatan tangannya.
Yamada menyadari bahwa ada sesuatu yang tak beres yang sedang terjadi pada penguin itu. Untuk itulah ia menghampiri penguin yang sedang bersusah hati itu dan segera duduk di sampingnya.
“Daiki-sama, sebenarnya kau kenapa?” tanya Yamada cemas menatap lekat Daiki yang masih tetap menyembunyikan wajahnya. Yamada tak mau menyerah. Ia yakin nantinya penguin itu akan menceritakan semuanya kepadanya.
***
“HAHAHAHA~!”
Tawa yamada menggema di seluruh ruangan rumahnya. Daiki segera menghadiahkan sebuah jitakan istimewa untuknya.
“Ittai!” ujar Yamada yang langsung berubah cemberut sambil mengusap-usap bagian kepalanya yang baru saja mendapat perlakuan semena-mena dari Daiki.
“Huh, rasakan itu! Makanya jangan pernah meledekku!”
“Aku bukannya meledek, hanya saja aku sedikit kaget. Bagaimana mungkin seekor penguin sepertimu...”
“Bisa jatuh cinta, begitu?!”ujar Daiki yang bisa menerka kelanjutan dari kalimat yang akan diucapkan Yamada.
“Ya, begitulah,” ujar Yamada yang setengah mati menahan dirinya agar tidak tertawa lagi.
Daiki kembali menjitak kepalanya.
“Ittai! Kenapa kau hobi sekali menjitakku sih?!!”
“Habisnya kau membuatku kesal. Memangnya kau pikir cuma kau saja yang bisa jatuh cinta?!” sahut Daiki dengan wajah murung.
“Gomen. Aku tak akan menggodamu lagi,”ujar Yamada meyakinkan Daiki. “Tapi ngomong-ngomong siapa gadis yang beruntung itu?”
Seketika wajah Daiki berubah merah seperti kepiting rebus. Melihat itu Yamada berusaha setengah mati menahan diri agar tidak tertawa lagi. Sebab ia ngeri membayangkan kepalanya yang tak berdosa akan dijitak entah untuk yang kesekian kalinya hari ini oleh penguin itu.
“Entahlah. Aku tak sempat berkenalan dengannya. Tadi pagi aku bertemu dengannya di jalan dan ketika melihatnya aku langsung jatuh hati padanya,” jelas Daiki dengan malu-malu sementara wajah balonnya semakin memerah.
“Baka! Kau benar-bena payah! Bagaimana bisa ia mengetahui perasaanmu kalau kau hanya berdiam diri di sini? Kau harus mencarinya dan mendapatkan hatinya!” ujar Yamada menasehati Sang Penguin dengan nada berapi-api.
***
“Tadi aku bertemu dengannya di sekitar jalan ini,” ujar Daiki memberitahu Yamada.
Sejak tadi keduanya berupaya untuk menemukan gadis yang telah mencuri hati Daiki. Peluh membasahi keduanya. Namun mereka tetap bersemangat untuk meneruskan pencarian mereka.
“Itu dia!” tunjuk Daiki girang ke arah jalan yang terletak beberapa meter dari mereka.
“Mana? Kenapa aku tak ada melihat apapun?” tanya Yamada heran. Namun bukannya menjawab, Daiki malah berlari meninggalkannya.
“Dasar Penguin Cebol!!” gerutu Yamada yang akhirnya berlari menyusulnya.
***
Daiki tersenyum malu-malu sementara Yamada masih memasang tampang kebingungan.
“Ini dia gadis yang aku ceritakan itu. Bagaimana? Ia manis 'kan?” ujar Daiki dengan semburat merah menghiasi wajah balonnya.
“Apa kau sudah gila?! Inikan hanya sebuah boneka penguin!” ujar Yamada gemas.
“Memangnya kenapa? Kenapa kalau dia hanya sebuah boneka? Bukannya aku juga berasal dari sebuah boneka?!”
“Ah, ya sudah kalau begitu. Kau urus saja urusanmu dengannya. Aku tak ingin disangka gila lama-lama di sini bersamamu.”
Yamada pun akhirnya melangkah pergi menjauhi Daiki. Namun Daiki sama sekali tak menghiraukan kepergian Yamada. Ia terus menatap malu-malu ke arah boneka penguin yang tergeletak di jalan raya itu.
“Hai. Namamu siapa? Namaku Arioka Daiki,” ujarnya menunduk malu-malu.
Tak ada respon dari boneka penguin itu. Ia masih tetap terdiam pasrah tak bergeming sedikitpun.
Daiki akhirnya memutuskan mengambil boneka itu dan membawanya pergi bersamanya. Sepanjang jalan ia tak berhenti berbicara dengan boneka penguin di genggamannya walaupun boneka itu tak pernah meresponnya. Namun di tengah jalan, ia merasa terusik karena teriakan seorang anak kecil.
“Otou-san, lihat! Dia mencuri bonekaku! Huaaaaaaa~!” teriak bocah perempuan berumur sekitar empat tahunan itu sambil menangis meraung-raung.
Seketika Daiki memandang aneh ke arah bocah itu yang masih menangis sambil menunjuk-nunjuk ke arah boneka penguin yang tengah dibawanya.
“Oh, jadi rupanya kau yang mengambil boneka kesayangan anakku, ya?! Ayo cepat kembalikan! Atau kau mau kuhajar, eh?!” ancam seorang pria paruh baya yang bertampang sangar itu ke arah Daiki.
“Tidak! Aku tidak mengambilnya! Dia kutemukan tergeletak di jalan. Makanya aku membawanya,” terang Daiki membela diri.
“Huaaaa~! Dia bohong, otou-san! Itu benar-benar bonekakuu~! Huaaaa~! Aku mau bonekakuu~!” rengek bocah itu yang menangis semakin jadi.
Melihat hal itu, pria bertampang sangar itu semakin mendekat ke arah Daiki.
“Kau lihat! Putriku menangis gara-gara kau! Ayo, cepat berikan boneka itu padaku!” ujar pria itu marah.
“Tidak! Tidak akan! Aku tidak akan memberikannya! Tolong jangan pisahkan aku dengannya! Kumohon! Karena kami berdua saling mencintai!”
“HAHAHA~! Kau sudah gila rupanya! Ayo, jangan main-main padaku! Cepat berikan boneka itu kalau kau tak ingin kuhajar!” ancam pria itu yang membuat Daiki serta merta menyembunyikan boneka itu di balik punggungnya.
“Ternyata kau memang minta dihajar ya!!” ujar pria itu lagi sembari menyingsingkan kedua lengan bajunya—memamerkan otot-otot lengannya yang menyembul keluar.
BHUG!!
.
.
BHUG!!
.
.
BHUG!!
Tanpa ampun lagi, pria itu menghajar penguin Daiki dengan pukulan yang bertubi-tubi. Tubuh dan wajah Daiki pun dalam sekejap mata dipenuhi dengan luka memar. Akhirnya pria itu berhasil merebut boneka penguin pujaan hati Daiki itu.
“Tolong jangan bawa dia pergiii! Aku sangat menyukainyaaa~!” teriak Daiki serak.
Namun percuma saja. Pria itu beserta gadis kecilnya tak menghiraukan sedikitpun teriakannya. Mereka terus saja melangkah pergi membawa gadis pujaan hatinya.
“Huuh, pantas saja Yamada kapok jatuh cinta. Ternyata begini nih rasanya,” gumam Daiki pada dirinya sendiri.
***
--Owari--
0 komentar:
Posting Komentar