Antusiasme tergambar jelas di wajah
para penggiat sastra Kalimantan Barat pada hari itu, Jumat (27/11). Berkumpulnya
para pecinta sastra tersebut di Hotel Merpati Pontianak dalam rangka Dialog
Sastra Kalbar. Dialog ini diadakan untuk menghidupkan kembali semangat menulis
para sastrawan Kalbar. Selain itu, kegiatan tersebut juga untuk merayakan
terbitnya buku ‘Bayang-bayang Tembawang’,
yang mana merupakan antologi puisi 44 penulis dari 13 kabupaten di
Kalimantan Barat (minus Kabupaten Melawi). Kegiatan yang dilangsungkan dari
pukul 07.30-16.00 WIB ini juga menghadirkan pemateri yang luar biasa, di
antaranya cerpenis kondang Hanna Fransisca dan aktor merangkap penulis skenario
ternama yakni Jeremias Nyangoen.
Buku Bayang-bayang Tembawang; Antologi Puisi Penulis Kalimantan Barat |
Budi Susanto yang tengah membacakan puisi karyanya berjudul 'Dunie-dunie' (termuat dalam 'Bayang-bayang Tembawang') |
Menurut Hanna, sastra kurang
berkembang di Kalbar karena kurangnya wadah, khususnya di bidang pendidikan. Maka,
untuk itu, diperlukan bantuan dari berbagai pihak, khususnya yang bergelut
dalam bidang pendidikan demi menghidupkan sastra di Kalimantan Barat. Perempuan
kelahiran Singkawang itu juga menyarankan agar para penulis Kalbar sebaiknya
menulis tentang kearifan lokal dan hal-hal yang belum banyak ditulis dari
Kalimantan Barat sehingga orang luar menjadi tertarik. Selain itu, perempuan
yang pernah masuk sebagai 5 nominator penerima Khatulistiwa Literary Award 2010 untuk kategori puisi lewat buku
kumpulan puisi ‘Konde Penyair Han’ ini
mengimbau agar para sastrawan jangan terseret arus dengan menggunakan bahasa
yang tidak mendidik, memaki, dan memasukkan unsur-unsur kemarahan dalam
tulisan.
Dari kiri ke kanan; aku dan Ci Hanna |
Hanna yang cerpen, puisi, serta
esainya tersebar di berbagai media massa ternama Indonesia seperti Harian Kompas, Koran Tempo, Horison, dan
Jurnal Sajak sangat menyayangkan kenyataan
bahwa banyak penulis Kalbar yang tidak memunculkan diri. “Penulis tidak akan
dikenal kalau tidak mengenalkan diri,” ucapnya. “Kita mencintai dunia menulis.
Jadi, walau tidak mendapat tempat, tulis saja. Percayalah, suatu saat, kita
pasti mendapat tempat,” pungkas perempuan itu memberi semangat di pengujung
waktunya menyampaikan materi.
Dari kiri ke kanan; Kiki, Tunjung dan aku (Tim Kabupaten Sintang) |
Pradono, selaku aktivis seni dan
budaya Kalbar yang menjadi pemateri hari itu mengharapkan agar sastrawan di
Kalbar dapat bersatu. Sementara Musfeptial Musa selaku panitia menilai bahwa
sastra anak kian bermasalah akhir-akhir ini. Diperlukan wadah sekaligus upaya
untuk mendorong anak-anak menyenangi dunia tulis dan sastra.
Para pemateri sesi I |
Berbeda dengan beberapa pemateri
sebelumnya, Jeremias Nyangoen yang merupakan penulis skenario film Denias, Senandung di Atas Awan (2006), Serdadu Kumbang (2011), dan Di Timur Matahari (2012) ini sangat
menyayangkan masih sedikit penulis skenario khususnya di daerah Kalbar. Menurutnya,
hubungan antara skenario film dengan kesusastraan sesungguhnya sangat erat. Namun,
pengerjaan skenario film jauh lebih kompleks apabila dibandingkan dengan puisi
ataupun cerpen yang cenderung lebih sederhana dan personal dalam penciptaannya.
“Mulailah menulis dan tulis apa yang kau pikirkan,” ucap lelaki kelahiran
Pontianak yang juga terkenal lewat perannya sebagai Sumanto dalam film Kanibal-Sumanto (2004) itu memberi kiat penting
dalam menulis skenario film.
Berfoto di antara para senior yang bergelut di bidang seni dan sastra |
Holil Azmi selaku produser film
televisi (FTV) TVRI Kalbar pun sependapat dengan Jeremias Nyangoen. Menurutnya,
antara novel dan film banyak terdapat kesamaan. Akan tetapi, menurut lelaki
yang akrab disapa Papi Ollin itu, imajinasi lebih luas ketika kita membaca
daripada menonton. Sebab, jika menonton, kita digiring untuk mengetahui cerita.
Pembacaan cerpen oleh Pay Jarot Sujarwo |
Barisan para peserta maupun pemateri Dialog Sastra Kalbar 2015 |
Oleh karena kegiatan Dialog
Sastra Kalbar perdana tersebut dianggap cukup sukses, maka diputuskan bahwa
kegiatan yang sama akan diadakan setiap tahun. Hal ini guna menghidupkan semangat
dan produktivitas para penggiat sastra di wilayah Kalbar.
Semoga kelak semakin banyak sastrawan Kalbar yang karya-karyanya dikenal hingga ke seluruh penjuru Indonesia. Salam budaya!
Semoga kelak semakin banyak sastrawan Kalbar yang karya-karyanya dikenal hingga ke seluruh penjuru Indonesia. Salam budaya!
3 komentar:
Wadah ini berkembang menjadi lembaga Forum Sastra Kalimantan Barat (forsas Kalbar)....dan tahun depan dialog sastra di tuan rumahi Singkawang
Wow! Amazing
Wow! Amazing
Posting Komentar