Author : Wintervina
Genre : Romance
Cast : Mikako Tabe as Kiyomizu Yuki, Yamada Ryosuke (Hey! Say! JUMP), Haruma Miura, and Sawajiri Erika.
Type : Multi-chapter
---------------------------------------------------------------------------------
Chapter 3
[Yuki’s POV]
“Yuki-chan, daisuki desu...”
Aku terperanjat begitu mendengar apa yang dikatakan Haruma padaku. Kenapa? Kenapa harus begini? Lantas aku harus bagaimana? Aku benar-benar bingung dan tak bisa untuk berkata-kata.
“Yuki-chan, kenapa kau diam saja? Apa kau tak ingin mengatakan sesuatu? Maaf jika pernyataanku barusan telah membuatmu kaget,” ujarnya lagi.
Aku masih diam. Menunduk. Entah kenapa aku kehilangan kata-kata untuk saat ini.
Aku mendengarnya. Mendengar langkah Haruma yang berjalan mendekatiku. Tapi kenapa dengan tubuh ini? Tubuhku seakan membatu. Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi.
“Yuki-chan, jika kau hanya diam begini bagaimana bisa aku tahu perasaanmu terhadapku?”
Sambil berkata begitu, Haruma menyentuh daguku dan menyuruhku untuk menatap wajahnya. Aku dapat melihat tersimpan berjuta harapan di wajah itu padaku.
“Jadi, Yuki-chan, apa kau juga menyukaiku?” tanyanya dengan wajah penuh harap.
Aku sungguh tak tega melihat wajahnya yang seperti itu.Aku pun menganggukkan kepala demi menanggapi pertanyaan Haruma barusan. Sungguh aku tak tahu apa yang sedang kulakukan sekarang. Kenapa? Kenapa dengan diriku? Apa aku telah putus asa menunggu Ryosuke?
Ah, aku tak tau apa sebabnya aku menerimanya—Haruma. Tapi yang jelas setelah ini aku akan memulai menjalani hariku bersama Haruma. Mungkin dengan cara itu aku dapat segera melupakan Ryosuke. Melupakan segala perasaanku terhadapnya.
***
Beberapa bulan kemudian...
[Author’s POV]
Seperti dipagi-pagi sebelumnya, Haruma kembali menjemput Yuki untuk pergi ke sekolah bersama. Dan juga seperti biasa, Ryosuke setia menemaninya.
Haruma membonceng Yuki dan sepeda mereka melaju pelan di jalan yang di kiri-kanannya itu dipenuhi oleh bunga cherry yang bermekaran. Namun, di sepanjang perjalanan Yuki terus-menerus menatap lekat ke arah boncengan sepeda Ryosuke. Sungguh ia ingin bahkan sangat ingin untuk bisa duduk di boncengan sepeda milik Ryosuke itu.
“Yuki-chan, ayo turun. Kita sudah sampai,” ujar Haruma membuyarkan lamunan gadis berkaca mata itu.
“Eh? Sudah sampai, ya?” ujar gadis itu dengan ekspresi menunjukkan kekagetan.
Yuki pun segera turun dari boncengan sepeda Haruma. Namun baru beberapa kali melangkahkan kaki, ia pun jatuh tersungkur di tanah.
“Yuki-chan~!”ujar Haruma setengah berteriak lalu segera berlari panik yang kemudian disusul oleh Ryosuke di belakangnya.
Haruma pun membantu Yuki untuk berdiri sementara Ryosuke mengambil kaca mata Yuki yang terjatuh dan tampak kotor terkena tanah.
“Yuki-chan, daijoubu desu ka?” tanya Haruma dengan nada cemas menatap lekat ke arah Yuki yang terlihat meringis menahan sakit.
“Un, daijoubu desu.”
“Tapi lututmu berdarah!” tunjuk Ryosuke ke arah lutut kanan Yuki yang penuh oleh darah segar yang mengalir.
Tanpa bertanya lagi, Haruma segera menggendong Yuki. Gadis itu terlihat sangat kaget atas apa yang dilakukan oleh Haruma.
“Haru-kun, tolong turunkan aku! Aku masih mampu berjalan sendiri...,” pinta gadis itu sambil sesekali menatap Ryosuke yang saat itu berjalan setia di samping mereka. Namun tak ada tanda-tanda Haruma akan menurunkannya. Ia malah berjalan semakin cepat.
“Haru-kun...” gumam Yuki pelan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Aku tak bisa membiarkanmu berjalan dengan luka di kakimu yang seperti ini. Kau harus segera dibawa ke UKS. Bersabarlah sebentar,” ujar Haruma dengan wajah serius menatap ke arah Yuki. Mendengar hal itu Yuki berhenti untuk memohon pada Haruma.
***
[Yuki’s POV]
Miura Haruma...
Ah, lelaki itu memang baik dan sangat perhatian padaku. Ia benar-benar sangat melindungiku. Aku menatap perban yang membalut lutut kananku. Seketika lengkungan di bibirku terbentuk sempurna. Kembali wajah Haruma yang cemas dan dengan panik membersihkan lukaku tadi pagi terlintas di benakku.
Tapi benarkah semua ini? Sampai kapan aku harus berpura-pura menyukai Haruma? Dengan begini aku bukan hanya telah membohongi dan melukai perasaan Haruma, tetapi juga diriku sendiri!
“Yuki-chan...”
Aku yang sedang duduk termenung di dalam kelas dengan kedua tangan menopang daguku seketika mencari sumber suara yang baru saja melafalkan namaku itu.
Kaget???
Begitulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku sekarang.
“Yuki-chan, ini kacamatamu telah selesai kubersihkan. Tapi kelihatannya lensanya sedikit tergores,” ujar Ryosuke menyerahkan kacamata milikku.
Aku masih menatapnya dengan tatapan heran dan tak percaya. Tanpa sadar mulutku menganga tak sanggup mengendalikan rasa keterkejutanku ini. Aku bahkan baru tersadar dari keterkejutanku saat sosoknya telah pergi dan menjauh dari pandanganku.
“Ryosuke-kun, hontouni arigatou gozaimasu...” gumamku pelan bagai bisikan sembari menatap punggungnya yang semakin menghilang dan kini nampak bagaikan sebuah titik dalam penglihatanku.
***
[Author’s POV]
Setibanya di depan pagar rumahnya, Yuki segera turun dari boncengan sepeda Haruma.
“Haru-kun, mulai besok dan seterusnya kau tak perlu lagi mengantar jemputku ke sekolah,” ujar gadis berambut panjang itu menunduk—mencoba untuk menyembunyikan wajahnya.
“Memangnya kenapa, Yuki-chan? Ada apa ini? Kenapa mendadak seperti ini?” tanya lelaki jangkung itu menyerbu Yuki dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
“Karena...,” gadis itu menggigit bibir bawahnya. Perlahan satu tetes air mata jatuh dari pelupuk matanya yang bulat itu.
“Karena apa, Yuki-chan?? Jangan membuatku jadi bertanya-tanya seperti ini...”
“Karena mulai hari ini... aku ingin mengakhiri hubungan kita,” ujar gadis itu pada akhirnya. Dan kini wajahnya telah sempurna dipenuhi oleh air matanya.
Haruma hanya tertunduk lesu menatap ujung sepatunya. Ia berusaha untuk tidak menangis di hadapan gadis itu. Ia menengadahkan wajahnya. Ia berharap dengan begitu air matanya yang nyaris tumpah itu dapat masuk kembali.
“Tapi...tapi kenapa begitu mendadak seperti ini? Apakah aku boleh tahu alasannya?” tanya pemuda jangkung itu menatap gadis di hadapannya yang begitu ia sayangi dengan gurat-gurat kesedihan menghiasi wajahnya yang biasanya selalu berseri-seri dan dihiasi senyuman itu. Ia bahkan rela menukarkan apa saja agar bisa selalu menjaga gadis itu—yang telah mencuri hatinya sejak hari pertama ia pindah ke sekolah barunya. Tapi sekarang bagaimana caranya ia tetap bisa melindungi gadis itu? Sementara gadis itu tak menghendakinya lagi...
“Karena...aku telah memiliki orang lain yang kusukai...,” ujar gadis itu pada akhirnya.
***
To Be Continue...
0 komentar:
Posting Komentar