CHOCOLATE STRAWBERRY # 4


Author : Wintervina
Genre  : Romance 
Cast    : Yamada Ryosuke (HSJ), Nakajima Yuto (HSJ), Chinen Yuri (HSJ), Shida Mirai, and Nishiuchi Mariya
Type   : Multi-chapter

---------------------------------------------------------------------------------
Chapter 4


[Yamada’s POV]

Aku menikmati stroberi cokelat buatan Mariya-chan sambil memandang hujan yang deras di luar sana melalui jendela kelas yang ada di samping tempat dudukku. Tiba-tiba saja aku kembali teringat akannya. Entah kenapa tiap kali menikmati stroberi cokelat, bayangan itu selalu muncul kembali di benakku. Bagaikan sebuah film lama yang diputar kembali di otakku.

#flashback 12 tahun yang lalu#



“Ibuuu, Ryo mau kue stroberi cokelat lagiii!! Kue stroberi cokelat Ibu paling enak di dunia! Ryo hanya suka stroberi cokelat buatan Ibu… Ayo, Bu, buatkan Ryo lagi, ya…, “ rengekku pada Ibu.

Ibu langsung tersenyum lembut melihatku. Ia lalu menaikkanku ke pangkuannya. Aku paling suka berada di pangkuannya. Hangat dan nyaman.

Arigatou, Ryo-chan. Ibu senang mendengar Ryo menyukai stroberi cokelat buatan Ibu. Baiklah, Ibu akan selalu membuat stroberi cokelat untuk Ryo, asalkan Ryo mau berjanji pada Ibu,” ujarnya lembut sambil mengusap-usap kepalaku.

“Janji apa?” aku menatap lekat ke arahnya.

“Ryo harus berjanji pada Ibu akan selalu menjadi anak yang baik. Kalau Ryo mau berjanji, maka Ibu akan buatkan Ryo stroberi cokelat kapan pun Ryo mau. Bagaimana?”

Un, demi stroberi cokelat buatan Ibu, Ryo janji akan selalu jadi anak Ibu yang baik. Percayalah. Ryo akan selalu menepati janji kita.”

“Tentu saja Ibu percaya pada Ryo. Ibu tahu itu. Ryo-chan pasti bisa menepati janji. Baiklah, Ibu akan segera buatkan stroberi cokelat yang begitu Ryo sukai!”

Yatta!! Yatta!! Stroberi coklat!!!” ujarku bersorak girang. Ibu hanya tersenyum melihat tingkahku.

#Flashback End#


Hujan di luar telah berhenti sejak tadi. Namun langit masih tampak mendung. Sekuat tenaga aku mencari, tak ada kudapati bayangannya di sana. Hanya gelap di mana-mana.

“Ibuuu, aku ingin stroberi cokelat buatanmu… Aku tak ingin stroberi cokelat yang lain. Hanya ingin stroberi cokelatmu… Aku janji  akan selalu jadi anakmu yang baik. Aku tak akan nakal. Percayalah padaku, Ibu. Aku tak akan mengingkari janjiku. Ibu…aku rindu stroberi cokelat buatanmu. Apa kau tak mendengar juga?? Kenapa kau begitu tega padaku, Ibu…,” jeritku dalam hati sambil menatap awan yang masih saja gelap di luar sana.


[Chinen’s POV]

Kenapa? Kenapa dia tak pernah melihatku?  Aku ingin sekali saja ia melihatku. Kenapa aku harus merasakan semua kepedihan ini? Aku tak sanggup lebih lama lagi merasakan segala kepedihan ini. Kenapa gadis yang kusukai tak pernah sedikitpun melihatku?? Kenapa??? Aku benci dengan semua kenyataan ini. Benci!! Kenapa dia lebih menyukai sahabat kecilku sendiri? Bagaimana mungkin aku kuat untuk menerima kenyataan yang menyakitkan ini? Ia bisa menatap Yama-chan yang sedang memakan stroberi cokelat itu tanpa berkedip. Aku iri. Aku iri pada Yama-chan!! Kenapa dia yang harus mendapatkan seluruh perhatian Mariya-chan?! Kapan Mariya-chan bisa melihatku seperti itu?

***


[Mariya’s POV]

Dia memarahiku. Dia benar-benar marah. Aku sangat menyesal. Aku benci dengan diriku sendiri. Sangat benci. Wajar dia marah seperti itu. Semua ini memang salahku. Aku benar-benar bodoh! Aku benci diriku sendiri!

“Kalau tak sanggup untuk menepati janji, kenapa dulu kamu mau berjanji seperti itu?! Apa kamu anggap remehkah sebuah janji itu?? Jika ya, maka kamu salah besar! Mulai sekarang, aku tak akan pernah percaya kata-katamu lagi. Orang yang begitu mudahnya mengingkari kata-katanya sendiri,” ujar Yama-chan padaku. Aku tak berani menatapnya. Airmata yang dari tadi kutahan pun akhirnya berlomba keluar. Semua sia-sia sudah. Dia tak akan percaya padaku setelah ini. Hatiku sakit. Sakit sekali...

“Mariya-chan… kenapa menangis?” Ia menunduk untuk melihatku.

“Yama-chan, gomen ne… Aku memang salah..., ” ujarku masih sambil menangis. Ia menatapku lekat. Tanpa kuduga, ia menghapus airmataku dengan lembut. Aku kaget. Dan segera menatap lekat padanya. Aku benar-benar takut ia akan membenciku. Aku tak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi. Aku segera memeluknya. Aku benar-benar takut kehilangannya. Aku takut. Tapi ia mendorong tubuhku pelan menjauhinya. Kenapa? Apakah ini yang akan kutakutkan? Ia meraba dahiku dan menatapku lekat.

“Mariya-chan. Kau sakit?? Tubuhmu panas sekali. Kenapa kamu nggak memberitahuku jika kamu sedang sakit? Kau benar-benar--”

Gomen ne. Aku pikir aku nggak perlu memberitahumu tentang ini."

“Bagaimana bisa aku nggak perlu tahu hal ini, Mariya-chan?! Kalau aku tahu  kamu sakit seperti ini aku nggak akan memarahi kamu seperti tadi. Aku tentunya juga bisa mengerti kenapa kamu nggak bisa menepati janjimu hari ini padaku.”

Aku lega mendengar kata-katanya. Aku segera memeluknya kembali. Berada dipelukannya begitu damai. Begitu hangat dan menyenangkan.

Gomen, Mariya-chan. Ini salahku. Seharusnya aku mempercayaimu. Aku tahu kamu pasti bukanlah orang yang begitu mudahnya mengingkari janjinya sendiri. Sudahlah. Berhentilah untuk menangis, “ ujarnya sambil mengusap lembut kepalaku. Aku bingung. Mungkinkah aku harus katakan semua ini sekarang? Karena membayangkan akan kehilangannya saja sudah membuatku sesakit ini. Aku harus segera mengatakannya. Ya,harus!

“Yama-chan...,” ujarku pelan nyaris tak terdengar. Ia segera menatapku.

Un,” ujarnya.

Bagaimana ini? Tatapannya seakan mampu menembus sampai ke dasar hatiku. Apakah memang harus kukatakan sekarang? Aku mulai ragu.

“Yama-chan. Aku…, aku…” Aku tak sanggup untuk meneruskan kalimatku. Sementara matanya masih terus menatapku. Menungguku untuk menyelesaikan kalimatku. Aku harus mengatakan semuanya. Ya. Aku tak boleh menundanya lagi.

“Aku sangat menyukai Yama-chan!” kata itu akhirnya keluar juga dari mulutku. Aku bisa melihat ada kekagetan di wajahnya. Aku telah bersiap untuk mendengar sebuah penolakan darinya. Aku telah siap.

***
                                                                  
[Shida’s POV]

Yuto-kun mengajakku ke taman sekolah. Katanya ada sesuatu yang akan ia tunjukkan padaku. Aku jadi penasaran. Yuto-kun selalu saja membuatku penasaran. Ia duduk di sampingku dan tersenyum ke arahku. Senyuman yang begitu tulus. Ia membuka tasnya dan terlihat mengambil sesuatu.

Kore,” ujarnya masih tersenyum sambil menyerahkan boneka beruang cokelat berukuran mini kearahku.

“Waaaahh!! Kawaii neArigatou, Yuto-kun, ” ujarku tersenyum senang ke arahnya.

“Baguslah kalau kamu menyukainya. Kemarin waktu aku pergi jalan-jalan dengan sepupuku, Kento, aku tak sengaja melihat boneka ini. Entah kenapa, begitu melihatnya, aku langsung suka dan segera ingin membelinya. Aku pikir kamu pasti akan menyukainya. Karena boneka ini terlihat sangat lucu. Ternyata dugaanku memang tepat. Syukurlah, ” ujarnya.

Aku menatap lekat lelaki yang ada di sampingku. Rasa bersalah menyelimutiku. Ia selama ini begitu tulus menyayangiku. Namun, aku tak seperti itu padanya. Aku malah sibuk memikirkan lelaki lain. Aku benar-benar bodoh! Padahal Yuto-kun tulus hati menyayangiku dan menemaniku selama ini. Seharusnya aku lebih belajar untuk menyayanginya lagi. Aku memeluknya erat. Perasaan bersalah itu semakin menghimpitku. Maafkan aku, Yuto-kun. Aku akan belajar mencintaimu dengan tulus, seperti yang telah kau lakukan selama ini padaku.

***

[Yamada’s POV]

Aku sangat kesal karena hari ini Mariya-chan tidak membawa stroberi cokelat seperti biasanya. Padahal dulu ia telah berjanji akan membawakanku stroberi coklat setiap harinya. Lantas kenapa ia mengingkari janji yang dibuatnya sendiri? Aku paling tidak suka orang yang tak bisa menepati janjinya. Jika merasa tak sanggup, jangan pernah untuk berjanji. Karena janji adalah sesuatu yang bersifat mengikat dan tidak bisa seenaknya saja untuk dilupakan! Tapi, aku berhenti memarahinya saat kulihat ia menangis. Ya, ia menangis. Aku begitu tak bisa melihat wanita menangis. Itu adalah kelemahanku. Tiba-tiba saja wajah ibu yang sedang menangis melintas di benakku. Kepalaku terasa sakit sekali! Aku benci harus melihat pemandangan itu lagi! Aku segera menghapus airmatanya yang semakin deras mengalir. Tak kusangka dia malah memelukku. Aku kaget sekali. Aku merasa badannya panas sekali. Ia sakit!! Baka! Kenapa dia tidak mengatakan padaku bahwa dia sedang sakit?! Dia pikir aku manusia yang sekejam apa, yang tetap membiarkannya membuatkanku stroberi cokelat dalam keadaan sakit begini? Kalau aku tahu dari awal dia tidak bisa membuatkanku stroberi cokelat karena sakit, aku juga tak akan memarahinya.  Aku kan juga masih punya perasaan.

Namun tak beberapa lama kemudian, ia mengatakan sesuatu yang sama sekali tak pernah kuharapkan keluar dari mulutnya. Ia menyukaiku!! Aku sangat kaget dan tak tahu harus bagaimana. Kenapa dia harus mengatakannya??! Kenapa?

Tak sengaja aku melihat Mirai-chan yang berada tak jauh dari tempat di mana aku dan Mariya-chan duduk. Aku melihatnya! Melihatnya sedang mendekap Yuto mesra. Hatiku tersayat-sayat. Perih! Aku sekarang sadar. Sadar bahwa semua ini hanya akan sia-sia untuk diteruskan. Penantian yang sia-sia. Dia benar-benar telah bahagia bersama Yuto-kun. Ia bahkan telah begitu mudah melupakan Si ’Gendut’ ini. Mungkin memang sudah saatnya kuakhiri.

“Mariya-chan,” ujarku pelan.

Un,” ujarnya menatap lekat ke arahku. Aku sebenarnya cukup ragu melakukan hal ini. Aku sangat takut untuk mengambil keputusan ini. Tapi melihat Mirai-chan telah berbahagia bersama yang lain, aku pun mestinya segera melupakannya. Mungkin saja dengan berjalannya waktu aku akan dapat segera melupakannya.

“Mulai hari ini, kau adalah pacarku,” ujarku pada akhirnya. Sebenarnya apa yang aku katakan sangat bertolakbelakang dengan apa yang saat ini ada di hatiku. Aku dapat melihat wajah Mariya-chan yang tampak kaget bercampur senang saat mendengar perkataanku barusan. Ia kembali memelukku. Aku hanya diam saja. Ini sama sekali tak pernah kuinginkan.

***

To Be Continue...

                                                                        
Bagikan Yuk :




Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar