Chocolate Strawberry #Chapter 2 (Hey! Say! JUMP Fanfiction)


Author : Wintervina
Genre  : Romance 
Cast  : Yamada Ryosuke (HSJ), Nakajima Yuto (HSJ), Chinen Yuuri (HSJ), Shida Mirai, and Nishiuchi Mariya
Type   :Chaptered

-----------------


Chapter  2


[Yamada’s POV]

Sekarang semua telah berjalan seperti seharusnya. Mirai-chan dan Yuto-kun berpacaran. Tapi, kenapa tiba-tiba ada suatu perasaan aneh tiap kali aku melihat keduanya bermesraan? Perasaan yang begitu perih. Ini tentu tidak pernah terjadi padaku sebelumnya.

Aneh, bukan?

Bungkus cokelat yang baru dibeli di kantin tadi sewaktu jam istirahat langsung kubuka.Batang cokelat itu kugigit perlahan, sementara kedua mataku mengawasi Mirai-chan dan Yuto-kun yang tengah duduk berdua tak berapa jauh di depanku.

Sial. Kenapa cokelat ini tak terasa manis sama sekali, sih? Hanya pahit yang mendominasi lidah.

Dengan perasaan kesal, aku lantas melemparkan pandangan ke luar jendela kelas. Berupaya untuk tak menghiraukan keberadaan Mirai-chan dan Yuto-kun yang sedari tadi asyik tertawa bersama. Dan tak berapa lama setelahnya, Sensei pun masuk ke dalam kelas. Seketika, kelas yang mulanya gaduh menjadi senyap.

Sensei mengatakan bahwa hari itu kami akan mendapat teman baru, seorang murid pindahan, tepatnya. Semua teman bersorak riang menyambut kabar itu. Terkecuali aku, tentu saja.

Seperti biasa, aku sama sekali tidak tertarik.

Setelah dipersilakan Sensei,seorang gadis bertubuh ramping laksana model melangkah anggun memasuki kelas. Rambutnya yang hitam dan panjang tergerai menutupi kedua telinga. “Hajimemashite, Nishiuchi Mariya desu. Yoroshiku,” kata si anak baru itu seraya membungkukkan badan.

Sama sekali menjemukan. Aku sungguh tidak terkesan.

Lantas, aku kembali membuang pandangan ke luar jendela. Membiarkan pikiranku berkelana terbawa angin. Sampai kemudian lamat-lamat kudengar Sensei menyuruh si anak baru untuk duduk di sebelahku.

"Baiklah. Kalau begitu, kau boleh duduk sekarang. Oh ya, duduklah di samping Yamada Ryosuke. Itu, di sebelah anak lelaki yang duduk di deretan paling kiri, nomor dua dari belakang. Hanya itu satu-satunya bangku kosong yang masih tersisa."

Sial. Tak bisakah aku duduk sendiri untuk selamanya?

Oh, tidak! Anak pindahan itu kini mendekati mejaku. Ini benar-benar buruk!

Aku menatapnya dengan tampang dingin. Namun, entah gadis itu kurang peka atau terlampau bodoh, ia malah tersenyum lebar padaku. Tak lama setelah menjatuhkan tubuhnya pada bangku di sebelah, ia kembali memperkenalkan dirinya dengan nada riang. Melihat responsnya yang tak seperti yang kuharapkan, aku lantas melengos, mengamati awan-awan yang bergerak tertiup angin. 

Oh, Tuhan... aku sama sekali tidak menyukai ini. Tak bisakah aku kembali duduk sendiri?

Kumohon.


[Mariya’s POV]
Senang sekali rasanya sewaktu memperkenalkan diri di depan teman-teman baruku. Mereka terlihat ramah dan bersahabat, seperti yang kuharapkan. Semua mendengarkan aku berbicara dengan serius.

Err, namun, sepertinya ada satu orang yang sedari tadi terlihat tak mengindahkan kehadiranku. Ia bahkan tak repot-repot melepaskan pandangan dari luar jendela sewaktu aku berdiri di depan kelas menyebutkan nama, asal, dan hal remeh-temeh lainnya sebagai formalitas dalam perkenalan.

Ck. Sombong sekali, pikirku.

Dan, tampaknya aku mesti menaklukkan hati manusia dingin itu, sebab di luar dugaan, Sensei malah memintaku untuk duduk tepat di sebelah si lelaki yang akhirnya kuketahui bernama Yamada Ryosuke.

Ini sungguh bencana! Bisakah aku duduk di mana pun, selain di sebelah manusia itu?

Akhirnya, aku mengayunkan kaki dengan berat hati mendekati meja Yamada Ryosuke. Ketika aku telah tepat di sampingnya, ia menoleh padaku dengan sepasang matanya yang dingin. Aku pura-pura tak memedulikan tampang masamnya. Lantas, dengan semangat menaklukkan hatinya, aku mengulas senyum termanis. Kuulurkan tanganku sembari memperkenalkan diri sekali lagi padanya. 

Dan, mau tahu apa tanggapannya? Alih-alih menyambut uluran tanganku dan balas memperkenalkan diri, ia malah membuang muka. 

Ini betul-betul keterlaluan!

***

Sewaktu jam istirahat tiba, seorang gadis manis mendekatiku. Ia begitu ramah. Kami lekas akrab dan mulai asyik berbincang-bincang. Namanya Shida Mirai. Darinya, aku mendapat banyak informasi tentang sekolah baruku itu.

Ano… Mirai-chan, boleh aku menanyakan sesuatu lagi padamu?” tanyaku ketika kami tengah menyantap makanan di kantin.

“Tentu saja boleh,” sahut Mirai-chan tersenyum sambil menjepit ramen dengan sumpit.

“Ini tentang lelaki yang duduk di sampingku...”
Aneh. Sekonyong-konyong, wajah Mirai-chan menjadi berubah.

“Ohh... Yamada Ryosuke, ya?" ucapnya sedikit kikuk. "Biar kutebak. Kau pasti ingin bertanya kenapa dia dingin sekali, kan?"

“Wah, tak kusangka kau bisa membaca pikiranku, Mirai-chan," kataku dengan ekspresi kagum. "Jadi, kenapa dia sedingin itu? Aku merasa lelaki itu sama sekali tidak menyukaiku." Aku tertunduk lesu sembari mengaduk lemon tea yang tinggal separuh di gelas.

"Sayang sekali, kalau soal itu, aku pun tidak tahu, Mariya-chan. Yang aku tahu, Yama-chan memang selalu bersikap dingin kepada semua orang. Namun, sepertinya, akhir-akhir ini kadar dingin lelaki itu kian bertambah."

Ini aneh. Dan cukup menarik.

Bahkan, teman-temannya sendiri sepertinya tidak terlalu mengenal seorang Yamada Ryosuke.

Baiklah. Kalau begitu, aku kian bersemangat untuk menaklukkan hati manusia dingin itu.

Tunggu saja, Yamada Ryosuke...

***

Aku sungguh bersemangat datang ke sekolahku yang baru. Maka, pagi-pagi sekali, aku sudah berada di sekolah. Rupanya kelas masih kosong. Akulah orang pertama yang datang hari itu. 

Aku segera melangkah riang menuju bangku. Duduk di situ dan mulai membuka chocolate strawberry yang kubawa dari rumah. 

Nyam, nyaaam...

Betul-betul lezat! Oh, sepertinya ada yang datang. Siapa, ya?

Ah, ternyata dia. Yamada Ryosuke. Huh. Kenapa pagi sekali dia datang? Aku merasa tidak leluasa sekarang.

Aku merasa diamati. Namun, dengan rikuh, aku melanjutkan aktivitasku yang tadi sempat terhenti; menggigit chocolate strawberry. Tapi, tapi... kenapa rasanya jarak lelaki itu kian menipis dariku?

Dan, aku mulai merasakan embusan napasnya sekarang...



[Yamada’s POV]

Aku terkejut begitu mendapati seseorang telah berada di kelas mendahului aku. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya, akulah orang pertama yang datang. 

Oh, rupanya dia. Si anak baru. Aku sungguh tidak berharap ia memiliki kebiasaan untu datang awal.

Dengan malas, aku menggerakkan kaki mendekati gadis itu. Tentu saja itu karena bangkuku berada tepat di sisinya. Namun, sepertinya si anak baru itu tengah menyantap sesuatu. 

Ya, tak salah lagi. Itu chocolate strawberry. Aku lantas kian mendekati gadis itu. Kini, jarak kami hanya tinggal sejengkal.

chocolate strawberry...

Aku sungguh ingin mencicipi itu. Mengobati segala rindu yang menumpuk dan membuat sakit ini...   


[Mariya’s POV]

Ada apa sih dengan manusia dingin ini? Kenapa wajahnya semakin merapat padaku?

Dengan memberanikan diri, aku akhirnya menegakkan kepala dan menatap lekat pada lelaki itu.

Oh, tidak, rupanya aku telah keliru. Yamada Ryosuke bukannya tengah menatapku, melainkan
chocolate strawberry yang sedang kupegang.

“Sepertinya kau tertarik dengan ini." Aku berkata sambil menunjuk chocolate strawberry di tangan. "Apa kau ingin mencicipinya?"

Di luar dugaan, manusia dingin itu menganggukkan kepala dengan cepat demi menanggapi pertanyaanku.

“Tapi... chocolate strawberry yang kubawa hanya tinggal ini. Tidak apa-apakah?" Aku bertanya dengan ragu sembari menunjuk pada bekas gigitanku.

Bukannya menjawab, manusia dingin itu malah mengambil chocolate strawberry dari tanganku yang tinggal tersisa setengah bagian, lantas melahapnya hingga tandas. Tentu saja aku kaget setengah mati melihat ulahnya yang tak terduga.


Yamada Ryosuke terlihat begitu menikmati
chocolate strawberry itu. Namun, sepanjang ia menyantap chocolate strawberry, entah kenapa aku seolah melihat kesedihan di matanya.

"Aku betul-betul tak menyangka kau menyukai chocolate strawberry itu," ucapku pada akhirnya dengan diiringi selengkung senyum. "Baiklah, kalau begitu, akan kubawakan chocolate strawberry untukmu setiap hari, ya!"

Tampaknya, kalimatku yang terakhir berhasil membuat Yamada Ryosuke menatapku denga lekat dan... tersenyum.


Kawaii.

Sekarang aku mengerti kenapa senyuman lelaki di hadapanku itu begitu mahal. Tentu saja itu karena senyumannya betul-betul manis. Semanis chocolate strawberry.

Dan, aku langsung suka dengan senyum itu. 


[Shida’s POV]

Aku mematung di ambang pintu kelas manakala melihat Yama-chan tengah tersenyum pada Mariya-chan.

Bodohnya aku. Berpikir bahwa senyum Yama-chan hanya milikku. Merasa diriku adalah orang yang spesial baginya.

Ada apa denganku? Aku bukan siapa-siapa Yama-chan. Lantas, kenapa aku merasa tersakiti begitu tahu lelaki itu tengah memamerkan senyum langkanya pada gadis lain?

Tidak. Aku tidak seharusnya begini. Bukankah sekarang aku sudah punya Nakajima Yuto, kan? 

Ada apa dengan perasaan ini? Aku mulai tidak mengerti dengan diriku sendiri. 

Ini betul-betul salah.


[Yamada’s POV]

Rasanya tak percaya saat anak baru itu mengatakan bahwa ia akan membawakan chocolate strawberry untukku setiap hari. Kegembiraan langsung memenuhi hatiku. Dan, tanpa sadar, aku menarik kedua sudut bibir ke atas. 

Semoga dengan janji si anak baru itu, rasa rindu ini pelan-pelan terkikis. Sebab, lewat chocolate strawberry, aku seolah dapat merasakan bagaimana ia memeluk dan mendekapku. Ya, melalui chocolate strawberry, aku dapat menemuinya lagi.

Tiba-tiba, aku mengikuti arah pandang Mariya-chan. Di ambang pintu, tampak Mirai-chan berdiri tegak. Ia menatap kami dengan wajah murung. 

Melihat itu, jantungku berdebar kencang. Ada apa dengan Mirai-chan? Apakah ia bertengkar dengan Yuto?

Aku urung menghampiri Mirai-chan begitu Yuto datang dari arah belakangnya dan menepuk pelan pundak gadis itu. Lantas, sambil tersenyum lebar, lelaki jangkung itu menggenggam sebelah tangan Mirai-chan dan menuntun gadis itu memasuki kelas.

Kembali, rasa nyeri itu datang. 

Baru kusadari, semenjak menjadi kekasih Yuto, Mirai-chan tak pernah mengejekku lagi dengan sebutan 'Gendut'.

Kini, aku ingin Mirai-chan memanggilku seperti itu lagi. Bodoh, ya?


Mungkin, sudah saatnya aku sadar, bahwa Mirai-chan sekarang adalah kekasih sahabat kecilku; Yuto. Bukankah itu adalah alasan yang paling baik untuk melupakan gadis itu, kan? 

***

To Be Continue...





Bagikan Yuk :




Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar