BEST FRIEND # 3


Author : Wintervina
Genre  : Drama-Friendship
Cast    : Yamada Ryosuke (Hey! Say! JUMP), Nakajima Yuto (Hey! Say! JUMP), and Chinen Yuuri (Hey! Say! JUMP)
Type   : Multi-chapter

---------------------------------------------------------------------------------



Chapter  3



“Semua gara-gara KAU, Yuto! Sudahlah, jangan pura-pura menangis seperti itu! Sebenarnya kau senang kan melihat keadaan Yama-chan sekarang?!” Chinen berkata dengan setengah berteriak pada Yuto.


Yuto tak menghiraukan segala perkataan Chinen. Matanya yang sembab terfokus pada ruang UGD yang ada tepat di hadapannya. 
Di sana, terbaring sahabat kecilnya, Yama-chan. Yang mungkin saat terjaga kelak akan semakin membencinya berkali-kali lipat. Baginya mungkin sudah saatnya pergi dari kehidupan Yama-chan.


Gomen ne, Yama-chan,” bisiknya pelan sambil berjalan meninggalkan rumah sakit itu.

***

Seminggu setelah insiden kecelakaan itu, Yamada akhirnya masuk sekolah. Semua teman-temannya berbisik-bisik membicarakannya. Bagaimana tidak, Yamada yang lumayan populer itu kini hanya bisa duduk manis di kursi roda. Benar-benar menyedihkan. Kabarnya ia mengalami kelumpuhan permanen akibat kecelakaan seminggu yang lalu.

Yamada menatap penuh amarah ke arah meja Yuto. Namun ia tak melihat pemuda jangkung tersebut di sana. Dan Chinen yang tak sengaja memperhatikan apa yang sedang dilihat Yamada akhirnya buka suara. “Kau sedang mencari Si Cungkring itu? Percuma saja. Sejak kau dirawat di rumah sakit, dia tak pernah masuk sekolah lagi. Benar-benar payah. Mungkin dia sedang bersembunyi ketakutan di suatu tempat.”

“Siapa yang sedang bersembunyi??!”

Baik Chinen maupun Yamada seketika terperanjat mendengar suara itu. Dan benar saja, saat keduanya menoleh ke arah sumber suara itu, pemuda jangkung itu sedang berdiri tegak menatap keduanya.

“Jadi, siapa yang sedang bersembunyi, Chinen Yuuri?? Apa kau bisa menjelaskannya padaku??” Senyum dari pemuda jangkung itu membuat Chinen lumayan gentar.

“Yuto, apa kau tak bisa melihat keadaanku sekarang? Paling tidak kau bisa menanyakan bagaimana kondisiku setelah kecelakaan itu 'kan?” Yamada tersenyum kecut menatap Yuto. Kedua tangannya terkepal kuat.

“Aku...aku benar-benar menyesal, Yama-chan. Aku tidak bisa menjadi Yuto yang selalu melindungimu. Aku tidak pantas menjadi sahabatmu lagi.” Yuto mengatakan semua itu dengan bergetar menahan tangis.

“Bagus!! Bagus sekali! Kau memang sangat tak pantas menjadi sahabatku lagi! Jangan pernah masuk lagi dalam kehidupanku! Sudah cukup segala kesialan yang kau beri di hidupku! Sudah cukup!”

Yamada akhirnya bisa mengatakan apa yang selama ini ingin ia katakan kepada Yuto dengan lancar. Walau dengan air mata yang pelan-pelan meluncur dari kedua sudut matanya.

“Kau menang. Kau telah menghancurkan masa depanku. Sekarang jangan pernah lagi tunjukkan air mata palsumu itu di hadapanku! Kau sudah bisa menunjukkan dirimu yang sebenarnya. Tertawa bahagialah! Ini semua yang kau harap dan inginkan selama ini 'kan?? Melihat kehancuranku!!” Yuto tak mampu lagi menatap wajah sahabatnya. Ia hanya bisa menunduk. Menyembunyikan segala air matanya.

“Chinen, tolong bawa aku pergi dari sini sekarang. Aku sudah tak sanggup lagi melihat wajah penghianat itu!”

“Baiklah,” ujar Chinen yang akhirnya membawa Yamada pergi keluar kelas meninggalkan Yuto dengan wajah tertunduk.

***


Chinen terus mendorong kursi roda Yamada menjauhi kelas. Mereka menyusuri lorong sekolah yang sepi.

“Chinen, sebenarnya kita mau kemana?” tanya Yamada penuh keheranan.

“ Tenang saja, Yama-chan. Aku hanya ingin membawamu ke suatu tempat,” ujar Chinen tersenyum menunjukkan gigi kelincinya.

“Ke suatu tempat??”

“Ya, dan kita akan memulai permainan yang sebenarnya di sana.”

***


 “Hei, Chinen! Lepaskan aku! Kau mau apa, heh??!” teriak Yamada saat kedua tangannya diikat erat dengan tali oleh Chinen, begitu pun dengan kedua kakinya.

“Tenanglah, Yama-chan. Bukannya aku bilang akan bermain-main denganmu, 'kan?” ujar Chinen sambil tersenyum. Namun ada yang berbeda dengan senyum itu. Tak seperti biasanya. Sayangnya Yamada baru menyadari akan semua itu.

“Kau... Kau sebenarnya siapa? Dan mau apa kau??” tanya Yamada.

“Hahaha. Yama-chan, kau kenapa? Apa kau amnesia? Aku ini Chinen Yuuri sahabatmu,” ujar Chinen lagi-lagi tersenyum.

Perlahan Chinen mengambil handphonenya dari saku celananya. Ia kemudian menelepon seseorang. “Pergilah sekarang ke gudang sekolah. Dan pastikan kau pergi sendiri! Kalau kau berani membawa orang lain, lihat saja akibatnya!” Chinen pun kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya. Yamada menatap tak percaya ke arah Chinen Yuuri.

“Bersabarlah, Yama-chan. Sebentar lagi permainan akan segera dimulai.” Chinen tersenyum menatap Yamada yang semakin tak mengerti apa yang akan dilakukan Chinen Yuuri tersebut.

Tak lama kemudian, terdengar seseorang mengetuk pintu gudang tersebut. Yamada dan Chinen menatap tajam ke arah pintu. Chinen berjalan perlahan mendekati pintu tersebut. “Siapa?” tanya Chinen penuh kecurigaan.

“Ini aku, Yuto!”

Pintu pun segera dibuka oleh Chinen. Setelah Yuto masuk, ia kembali mengunci pintu tersebut dan kemudian dengan cepat berjalan kembali ke arah Yamada.

Ia mengeluarkan sebilah pisau yang tampak berkilau di gudang yang gelap itu. Baik Yuto maupun Yamada begitu terperanjat. Dan ia menempelkan pisau itu di leher Yamada.

“Jangan!” teriak Yuto.

Yamada dapat merasakan dinginnya pisau itu menjalar di sekujur tubuhnya.

“Yama-chan, permainan telah dimulai karena penolongmu telah datang,” bisik Chinen di telinga Yamada.

“Hei, jangan sakiti Yama-chan!! Kau bisa saja membunuhku, asalkan jangan bunuh Yama-chan,” pinta Yuto.

“Hahaha. Mudah sekali kalau aku mesti membunuhmu. Kalau kau yang aku bunuh, kau tak akan pernah merasakan bagaimana yang aku rasakan selama ini!!”

“A-apa maksudmu?!”

“Ayahmu sekarang adalah ayahku dimasa lalu!Dan ia dengan seenaknya meninggalkan aku dan ibuku dan pergi menikahi ibumu!"

Yuto begitu terperanjat
.
“Dan sejak ditinggal ayah, ibuku sakit-sakitan. Aku tak sanggup melihat ibu yang aku sayangi menderita sakit sepanjang hidupnya! Dan tepat 5 bulan yang lalu, ibuku meninggalkan aku seorang diri untuk selama-lamanya...”

Air mata Chinen pun tumpah begitu saja. “Dan itu semua karena KAU dan ibumu!! Andai saja Ayah masih tetap bersama Ibu, pasti sekarang kami masih menjadi keluarga yang bahagia. Aku sangat membencimu, YUTO!”

Chinen kemudian kembali tersenyum menatap Yamada. “Yama-chan, aku ingin memberitaukanmu beberapa hal,” ujar Chinen masih dengan mata pisau yang mengarah pada Yamada.

“Yang merobek salinan tugas-tugasmu, yang merusak handphonemu, yang memfitnahmu adalah anak seorang Yakuza, itu adalah aku. Semua itu akulah pelakunya.Hahahaha~” Yamada amat kaget mendengar semua itu. Ia menatap Yuto. Ia merasa begitu bersalah pada Yuto.

“Aku sengaja melakukan itu! Aku sengaja mendekatimu! Aku sengaja memisahkanmu dan Yuto! Aku ingin Yuto merasakan sakitnya kehilangan orang yang disayang. Bagaimana perihnya jika seseorang yang disayang direbut oleh orang lain!”

“Kenapa kau membalas semuanya pada Yuto?! Dia tak bersalah! Dan dia juga tak tau apa-apa!” Yamada pun akhirnya bersuara.

Chinen dengan berang menatap Yamada. “Diamlah!! Aku tak sedang meminta pendapatmu!” Kemudian Chinen menatap Yuto yang berdiri beberapa meter dari tempatnya dan Yamada berada. “Tataplah sahabat kecilmu ini untuk terakhir kalinya, Yuto. Sebelum kau menyesal karena tak akan bisa menatapnya lagi. Hahahaha...”

Yuto menatap Yamada dengan kesedihan yang begitu dalam. “Lakukan apa saja padaku, asalkan jangan Yama-chan,” pinta Yuto.

“Pergilah, Yuto! Jangan hiraukan aku! Selamatkan dirimu!” teriak Yamada.

“Tidak, Yama-chan. Aku tak akan pergi meninggalkan kau sendirian!”

BAKA! Aku bilang pergi, ya pergi!” ujar Yamada yang kali ini menangis.

“Oohh, benar-benar persahabatan yang mengharukan. Hahahaha. Namun sayang, aku harus mengakhiri semuanya di sini.” Chinen hendak menghunuskan pisau itu ke arah Yamada, namun Yuto dengan sigap menahan tangan Chinen tersebut. Yuto berusaha merebut pisau itu dari genggaman Chinen, namun Chinen dengan kuat menggenggam pisau itu.



SRREEETTT!!




“YUTOOO!!!” teriak Yamada panik.

Lengan baju Yuto yang berwarna putih kini menjadi berwarna merah darah terkena sayatan pisau milik Chinen.

“Hentikan YUTOO!! “ pinta Yamada yang terduduk di kursi rodanya tak berdaya melihat Yuto dan Chinen yang sedang bergulat memperebutkan pisau tersebut.

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Pisau itu dilumuri darah segar. Yuto dan Chinen saling bertatapan.




TES..TESS...




Darah segar menetes ke lantai dan memenuhi tempat di sekitar Yuto dan Chinen bediri.

“Yuto...,” panggil Yamada pelan. Air mata mengalir dari kedua sudut matanya.




BRRUUUKK!!



Chinen terjatuh tak berdaya di lantai, sementara Yuto hanya berdiri mematung dengan sebilah pisau yang berlumur darah di genggamannya.

“Yuto...” panggil Yamada dengan nada bergetar.

Pisau yang ada di genggaman Yuto pun terlepas dan jatuh ke lantai begitu saja.
Seketika ia berlari menuju tempat Yamada berada dan memeluknya. Yamada dapat mencium bau anyir darah itu dengan jelas.

Yuto terisak dipelukan Yamada. “Yama-chan, aku tak bermaksud membunuhnya,” ujar Yuto kemudian dengan air mata yang memenuhi wajahnya.

Yamada menatap sosok mungil yang terbaring berlumuran darah di lantai tersebut. Dan kemudian menatap ke arah Yuto yang ada di hadapannya.

“Aku tahu. Arigatou. Demi melindungiku, kau sampai melakukan sejauh ini. Arigatou, Yuto...," ujar Yamada penuh rasa haru.



Mou daijoubu shinpai nai to nakisou na watashi no soba de
itsumo kawaranai egao de sasayaite kureta ♪♫

[I don't have to worry anymore, cause you will be by my side when I cry 
You always smile at me]


mada mada mada yareru yo datte itsu demo kagayaiteru
toki ni wa isogisugite miushinau koto mo aru yo shikatanai  ♪♫

[I am blessed because you always shine before me
Things that we have missed hastily at time, that's the way it is]


zutto mimamotte iru karatte egao de
itsumo no you ni dakishimeta ♪♫

[Faces that always being looked at
Forever hugging each other]


anata no egao ni nando tasukerareta darou
arigatou arigatou Best Friend  ♪♫

[Your smile has helped me endless time, you know
Thank you thank you Best Friend] ♪ 

***

 ─Owari─


Bagikan Yuk :




Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar