BEST FRIEND # 2


Author : Wintervina
Genre  : Drama-Friendship
Cast    : Yamada Ryosuke (Hey! Say! JUMP), Nakajima Yuto (Hey! Say! JUMP), and Chinen Yuuri (Hey! Say! JUMP)
Type   : Multi-chapter

---------------------------------------------------------------------------------



Chapter  2


Ia menatap tajam dua orang pemuda di hadapannya yang sedang berdiskusi menyelesaikan tugas Fisika. Tiba-tiba kepedihan yang dirasakannya semakin bertambah. Saat ia melihat senyum itu. Senyum yang biasanya hanya tertuju padanya saja. Namun itu dulu. Jauh sebelum Chinen Yuuri masuk dalam kehidupan mereka.


Pemuda jangkung itu akhirnya memantapkan hatinya untuk segera menemui sahabat kecilnya yang beberapa waktu ini melupakannya begitu saja. Namun tidak begitu dengannya. Ia mana mungkin bisa melupakan sahabat kecilnya itu. Tak akan bisa.

“Yama-chan...” Pemuda jangkung itu memanggil sahabat kecilnya dengan nada yang sangat pelan, bahkan nyaris saja tak terdengar.

Yang dipanggil pun akhirnya menoleh juga. Walaupun dengan ekspresi yang menunjukkan ketidaksukaan. Tanpa memperdulikan reaksi sahabatnya yang kurang bersahabat itu, pemuda jangkung─bernama Yuto─itu menarik tangan sahabatnya itu agar mengikutinya.

“Hei, lepaskan tanganku! Kau mau apa lagi,hah?! Apa sudah tidak puas juga kau mengganggu hidupku??!” teriak Yamada yang membuat seisi kelas akhirnya memandang ke arahnya dan Yuto. Namun Yuto tak menghiraukan teriakan dan makian Yamada terhadapnya.

Chinen Yuuri yang melihat sahabat barunya itu diperlakukan demikian oleh Yuto pun akhirnya bangkit dari duduknya dan berniat untuk menyusul mereka. Namun baru saja beberapa langkah ia meninggalkan mejanya, Yuto pun akhirnya membuat langkahnya seketika terhenti.

“Kau jangan ikut campur! Ini masalah antara aku dan Yama-chan !” ujar Yuto menunjuk murka ke arah Chinen Yuuri.

Akhirnya Yuto pun melepaskan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Yamada saat mereka telah berada di belakang sekolah. Di tempat itu, jauh dari keramaian dan hanya ada mereka berdua saja saat itu.

Yamada tak mau menatap Yuto. Wajahnya menunjukkan amarah yang amat dalam. Hening di antara keduanya. Masing-masing mempertahankan egonya sendiri. Namun setelah beberapa lama, Yuto pun akhirnya buka suara.

“Yama-chan, kenapa kau membenciku seperti ini? Apakah kau tak ingat bagaimana kita dulu begitu dekatnya? Kenapa kau semudah itu melupakan semua kenangan kita Yama-chan? Kau tau, sejak kau meninggalkanku dan lebih banyak menghabiskan waktumu dengan anak baru itu, aku benar-benar merasa sangat kesepian. Aku sedih jika memikirkan bahwa kau akan mengakhiri persahabatan yang telah kita bina sejak lama ini. Aku merindukan saat-saat di mana dulu kau selalu membuntutiku ke mana pun aku pergi. Namun haruskah sekarang aku yang balik membuntuti ke mana pun kau pergi, Yama-chan? Jawablah...”

Yamada pun akhirnya menatap ke arah Yuto. Tatapannya sungguh tak bisa dijelaskan. Banyak perasaan dan arti di balik tatapannya tersebut.

“Pembohong!” ujar Yamada menggeram.

Nani?” Yuto tak mengerti dengan ucapan Yamada.

“KAU PEMBOHONG! Semua yang keluar dari mulutmu adalah kebohongan! Dan aku muak mendengar segala kebohonganmu lagi! Dan mulai sekarang kau sudah bisa melupakan bahwa kita dulu pernah dekat. Karena aku sudah tak sudi untuk menjadi sahabat bahkan kenalanmu lagi!”

Yamada akhirnya berniat pergi meninggalkan Yuto, akan tetapi dengan sigap Yuto mencegah kepergiannya dengan menarik tangan sahabatnya itu.

“Kau mau apa lagi?!“ Yamada menatap Yuto penuh amarah. Seakan hendak melahap sahabatnya itu.

“Aku akan pergi dari kehidupanmu kalau itu yang kau inginkan. Tapi aku hanya ingin kau mempercayai satu hal, bahwa aku bukanlah pembohong seperti yang kau katakan.”

Yuto mengatakan itu dengan menahan air mata yang semakin terdesak hendak mengalir dari kedua sudut matanya.

“Oh ya??” ujar Yamada tersenyum kecut menatap sahabatnya.



BHUGG!!



Yuto jatuh mencium lantai dengan darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya. Ia mencoba bangun kembali dengan susah payah. Yamada hanya tersenyum menatap sahabatnya atau mungkin lebih tepat bila dikatakan sebagai mantan sahabatnya.




BHUUGG!!!



Yuto jatuh kedua kalinya karena pukulan Yamada. Dan lagi-lagi Yamada tersenyum padanya. Yamada berjalan mendekatinya dan jongkok di depannya yang berusaha untuk bangkit walau badannya sedikit limbung.

“Bukannya kau tidak pernah benar-benar menyukaiku? Kenapa kau tak balas menghajarku? Pukul aku sekarang! Ayo pukul! Jangan berpura-pura untuk jadi domba lagi di depan mataku. Ayo pukul! Kau mau menunggu apa lagi?!”

“Aku tak akan pernah mendapat alasan yang cukup untuk menghajarmu, Yama-chan. Karena kau adalah sahabatku,” ujar Yuto tersenyum menunjukkan deretan giginya yang berbaris tak rapi.

“Sahabat kau bilang? Dengan menghancurkan handphoneku, dengan merobek salinan tugas-tugasku, dengan memfitnahku adalah anak seorang Yakuza, dan serentetan hal-hal buruk lainnya yang kau lakukan terhadapku? Jika kau iri padaku, bukan begini caranya! Aku amat kecewa padamu!”

“Siapa bilang aku iri?! Tak perlu aku iri pada sahabatku sendiri. Aku tak pernah sepicik itu. Yama-chan, dengan apa lagi aku harus menjelaskan terhadapmu? Semua bencana yang menimpamu itu bukan aku dalangnya! Tak ada gunanya aku lakukan semua itu terhadapmu, Yama-chan. Percayalah...”

“Banyak saksi mata yang melihat bahwa kaulah yang melakukan semua hal buruk itu padaku! Kau mau menyanggahnya bagaimana lagi, heh?!”

“Jadi kau lebih mempercayai orang-orang itu dibanding aku yang sejak kecil selalu bersamamu?“

Yamada terdiam. Ia tak berani menatap mata Yuto. Separuh hatinya mulai ingin mempercayai perkataan sahabatnya itu.

“Yama-chaaan~!”

Teriakan nyaring memanggil Yamada. Seketika Yamada mencari asal suara tersebut yang rupanya berasal dari pemuda bertubuh mungil yang amat ia kenali. Senyum pemuda itu pun terkembang saat menatap Yamada. Ia tanpa ragu berjalan mendekati tempat Yamada dan Yuto berada. Sementara Yuto menatap tajam ke arah pemuda mungil itu dengan penuh rasa kebencian yang meluap-luap.

“Yama-chan, kau di sini rupanya. Ayo kita pulang sekarang. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.”

“Baiklah. Ayo~!” Yamada pun mengikuti pemuda mungil─bernama Chinen Yuuri─itu dengan antusias.

Yuto hanya terpaku di tempatnya berdiri melihat kepergian Yamada dengan sahabat baru yang menjadi penggantinya di samping Yamada itu. Chinen Yuuri. Entah kenapa ia begitu membenci anak lelaki itu.

Setelah beberapa waktu terdiam memikirkan sahabatnya, akhirnya Yuto pun berlari secepat mungkin untuk mengejar sahabatnya itu.  Untung saja kakinya begitu panjang sehingga membuatnya lebih cepat berlari. Dan untung saja ia masih belum terlambat. Yamada dan Chinen baru saja akan keluar dari pintu gerbang sekolah.

Chotto matte kudasai~!” teriak Yuto sambil melambaikan tangannya ke arah Yamada dan Chinen.

Yamada dan Chinen saling tatap tak mengerti. Dan tak lama kemudian Yuto telah berdiri tegak tepat di hadapan mereka.

“Yama-chan, ayo pulang sama-sama~!”ujar Yuto dengan nada riang.

Yamada seketika menatap Yuto dengan dahi berkerut. Sementara Chinen mulai memasang tampang kesalnya.

“Aku sudah janji akan pulang dengan Chinen,” ujar Yamada yang seketika melihat ke arah Chinen yang berdiri di sampingnya.

“Tapi bukannya rumahmu dan dia berlawanan arah?” tanya Yuto yang menjadi heran.

“Heh, apa kau tak dengar juga kalau Yama-chan lebih memilih pulang bersamaku?! Kenapa masih ngotot juga sih?! Aneh!” Chinen akhirnya bersuara juga dengan nada penuh emosi.

“Diam Kau! Jangan pernah ikut campur! Dasar chibi!” Yuto balas memaki Chinen dengan kata-kata yang tak kalah kasar.

“Apa kau bilang?!! Kau pikir kau lebih bagus? Dasar Cungkring!”

Yuto pun akhirnya reflek mendorong tubuh Chinen ke arah jalan raya yang ada sekitar tiga langkah dari tempatnya berdiri. Chinen pun akhirnya tersungkur ke aspal. Ia meringis kesakitan saat melihat goresan luka di lengan tangannya akibat berbenturan dengan aspal.

Tiba-tiba dari arah depan terlihat sebuah mobil yang melaju kencang. Melihat hal itu, Yamada pun seketika berlari ke arah Chinen yang masih terduduk di jalan. Ia mendorong tubuh Chinen menjauh dari jalan raya tersebut, namun naas baginya sendiri. Seketika jalanan tersebut dilumuri darah segar yang tampak berkilat terkena terik cahaya matahari. Lutut Yuto seketika menjadi lemas saat melihat sahabatnya tergeletak tak berdaya dengan berlumuran darah di hadapannya.

“Yama-chaaaaannn~!!” teriaknya reflek dengan air mata yang serasa akan tumpah seluruhnya.

***

To Be Continue...


Bagikan Yuk :




Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar