Dialog Sastra Kalbar 2015



Antusiasme tergambar jelas di wajah para penggiat sastra Kalimantan Barat pada hari itu, Jumat (27/11). Berkumpulnya para pecinta sastra tersebut di Hotel Merpati Pontianak dalam rangka Dialog Sastra Kalbar. Dialog ini diadakan untuk menghidupkan kembali semangat menulis para sastrawan Kalbar. Selain itu, kegiatan tersebut juga untuk merayakan terbitnya buku ‘Bayang-bayang Tembawang’, yang mana merupakan antologi puisi 44 penulis dari 13 kabupaten di Kalimantan Barat (minus Kabupaten Melawi). Kegiatan yang dilangsungkan dari pukul 07.30-16.00 WIB ini juga menghadirkan pemateri yang luar biasa, di antaranya cerpenis kondang Hanna Fransisca dan aktor merangkap penulis skenario ternama yakni Jeremias Nyangoen.


Buku Bayang-bayang Tembawang; Antologi Puisi Penulis Kalimantan Barat


Budi Susanto yang tengah membacakan puisi karyanya berjudul 'Dunie-dunie' (termuat dalam 'Bayang-bayang Tembawang')


Menurut Hanna, sastra kurang berkembang di Kalbar karena kurangnya wadah, khususnya di bidang pendidikan. Maka, untuk itu, diperlukan bantuan dari berbagai pihak, khususnya yang bergelut dalam bidang pendidikan demi menghidupkan sastra di Kalimantan Barat. Perempuan kelahiran Singkawang itu juga menyarankan agar para penulis Kalbar sebaiknya menulis tentang kearifan lokal dan hal-hal yang belum banyak ditulis dari Kalimantan Barat sehingga orang luar menjadi tertarik. Selain itu, perempuan yang pernah masuk sebagai 5 nominator penerima Khatulistiwa Literary Award 2010 untuk kategori puisi lewat buku kumpulan puisi ‘Konde Penyair Han’ ini mengimbau agar para sastrawan jangan terseret arus dengan menggunakan bahasa yang tidak mendidik, memaki, dan memasukkan unsur-unsur kemarahan dalam tulisan.

Dari kiri ke kanan; aku dan Ci Hanna


Hanna yang cerpen, puisi, serta esainya tersebar di berbagai media massa ternama Indonesia seperti Harian Kompas, Koran Tempo, Horison, dan Jurnal Sajak sangat menyayangkan kenyataan bahwa banyak penulis Kalbar yang tidak memunculkan diri. “Penulis tidak akan dikenal kalau tidak mengenalkan diri,” ucapnya. “Kita mencintai dunia menulis. Jadi, walau tidak mendapat tempat, tulis saja. Percayalah, suatu saat, kita pasti mendapat tempat,” pungkas perempuan itu memberi semangat di pengujung waktunya menyampaikan materi.

Dari kiri ke kanan; Kiki, Tunjung dan aku (Tim Kabupaten Sintang)


Pradono, selaku aktivis seni dan budaya Kalbar yang menjadi pemateri hari itu mengharapkan agar sastrawan di Kalbar dapat bersatu. Sementara Musfeptial Musa selaku panitia menilai bahwa sastra anak kian bermasalah akhir-akhir ini. Diperlukan wadah sekaligus upaya untuk mendorong anak-anak menyenangi dunia tulis dan sastra.


Para pemateri sesi I


Berbeda dengan beberapa pemateri sebelumnya, Jeremias Nyangoen yang merupakan penulis skenario film Denias, Senandung di Atas Awan (2006), Serdadu Kumbang (2011), dan Di Timur Matahari (2012) ini sangat menyayangkan masih sedikit penulis skenario khususnya di daerah Kalbar. Menurutnya, hubungan antara skenario film dengan kesusastraan sesungguhnya sangat erat. Namun, pengerjaan skenario film jauh lebih kompleks apabila dibandingkan dengan puisi ataupun cerpen yang cenderung lebih sederhana dan personal dalam penciptaannya. “Mulailah menulis dan tulis apa yang kau pikirkan,” ucap lelaki kelahiran Pontianak yang juga terkenal lewat perannya sebagai Sumanto dalam film Kanibal-Sumanto (2004) itu memberi kiat penting dalam menulis skenario film.

Berfoto di antara para senior yang bergelut di bidang seni dan sastra


Holil Azmi selaku produser film televisi (FTV) TVRI Kalbar pun sependapat dengan Jeremias Nyangoen. Menurutnya, antara novel dan film banyak terdapat kesamaan. Akan tetapi, menurut lelaki yang akrab disapa Papi Ollin itu, imajinasi lebih luas ketika kita membaca daripada menonton. Sebab, jika menonton, kita digiring untuk mengetahui cerita.

Pembacaan cerpen oleh Pay Jarot Sujarwo

Barisan para peserta maupun pemateri Dialog Sastra Kalbar 2015


Oleh karena kegiatan Dialog Sastra Kalbar perdana tersebut dianggap cukup sukses, maka diputuskan bahwa kegiatan yang sama akan diadakan setiap tahun. Hal ini guna menghidupkan semangat dan produktivitas para penggiat sastra di wilayah Kalbar. 

Semoga kelak semakin banyak sastrawan Kalbar yang karya-karyanya dikenal hingga ke seluruh penjuru Indonesia. Salam budaya!





 
Bagikan Yuk :




Artikel Terkait:

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Wadah ini berkembang menjadi lembaga Forum Sastra Kalimantan Barat (forsas Kalbar)....dan tahun depan dialog sastra di tuan rumahi Singkawang

Yobby Rony mengatakan...

Wow! Amazing

Yobby Rony mengatakan...

Wow! Amazing

Posting Komentar