TEROR HANTU # 2


Author : Wintervina
Genre  : Horror-Comedy (Gagal)
Cast    : Hey! Say! 7 (Chinen Yuuri, Yamada Ryosuke, Nakajima Yuto, Ryutaro Morimoto and Keito Okamoto)
Type   : Multi-chapter

---------------------------------------------------------------------------------



Chapter  2


Waktu liburan yang dinantikan oleh Ryutaro dan Keito akhirnya datang juga. Dengan diiringi berbagai ancaman sadis Ryutaro, maka mau tak mau Yuto dan Yamada pun terpaksa ikut menghabiskan liburan musim panas mereka di kota impian Keito dan Ryutaro tersebut.


“Huhh, panas sekali!! Baru datang aja aku langsung kering gini,” keluh Yuto sambil mengipas-ngipas wajahnya yang bercucuran keringat dengan telapak tangannya. Mendengar perkataannya barusan, Ryutaro dan Keito serta merta menghadiahkan tatapan tak suka ke arahnya.

“Hei, bukannya kamu memang udah kering dari sononya?! Main nyalahin tempat ini aja!!” ujar Ryutaro dengan tampang kesal dan semakin mempercepat langkah kakinya.

“Iya, nih. Yuto baka! Masa baru 15 menit di sini tubuhmu udah kering?! Nggak masuk akal banget!“ Keito ikut-ikutan mengomeli Yuto.

Mereka terus berjalan di bawah sengatan terik matahari. Wajah mereka semua terlihat sangat berantakan dengan keringat yang bercucuran. Namun rupanya mereka tak menyadari satu hal. Ada salah satu dari mereka yang masih tertinggal jauh dari mereka.


‘Hosh..Hosh…’


Napasnya tersengal mengejar ketiga temannya yang telah berjalan jauh darinya dan bahkan hampir menghilang dari pandangannya. Ukuran kakinya yang pendek membuatnya tak bisa cepat melangkah. Apalagi ditambah dengan tubuhnya yang gempal tersebut membuat langkahnya semakin berat. Ia hanya bisa berjalan dengan langkah terseret-seret membawa tas bawaannya yang lumayan berat.


Chotto matte….!”


Ketiga anak lelaki tersebut serempak menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan tersebut.

“Aku sepertinya sangat mengenal suara itu,” ujar Yuto dengan gaya seolah-olah berpikir dan mencoba mengingat-ingat-nya.

Karena ketelmian Yuto yang diambang batas, Ryutaro dengan kesal segera menjitaknya.

“Hei, kau ini apa-apaan sih?!! Baka! Aku ini kan lebih tua darimu! Tak seharusnya kau main menjitak kepalaku seenakmu begitu!” Yuto tak terima dan merasa terhina dengan perlakuan Ryutaro barusan.

Namun tak berapa lama kemudian adu mulut antara Yuto dan Ryutaro terhenti saat melihat kedatangan sesosok pemuda dengan wajah lusuh dan dibanjiri keringat berjalan mendekati mereka bertiga.

Hiks...

Ketiga pemuda tersebut terkesima menatap pemuda lusuh yang kini berada di hadapan mereka.

Hiks...hiks...

Tangis pemuda lusuh itu semakin menjadi.

“Yama-chan, doushite ?" tanya Yuto penasaran dengan tingkah sahabat kecilnya itu.

“Aku mau pulang ke Tokyo!! Aku nggak mau lama-lama di sini!! AKUU MAUUU PULAAAAANNGGG!!” teriak Yamada membuat ketiga sahabatnya saling berpelukan ketakutan.

“Dasar Yama-chan, cengeng! “olok Ryutaro sambil menjulurkan lidahnya ke arah Yamada yang masih tetap menangis.

“Biarin! Dasar Bocah Ingusan!! Kalau bukan gara-gara kamu, tentunya sekarang aku sedang enak-enakan makan es krim stroberi di rumah menghabiskan waktu liburanku, dan bukannya malah panas-panasan gini! Nih liat, wajahku penuh debu begini!! LIAT! Pasti orangtuaku bakalan sedih kalau melihat anaknya nanti tidak berwajah mulus lagi.” Yamada terus-menerus menyalahkan Ryutaro yang dianggapnya telah membawanya ke lembah penderitaan.

“Heh, Gendut, tolong jangan marah-marah begini dong! Aku aja yang punya wajah yang jauh lebih mulus dari kamu biasa-biasa aja. Dasar cengeng, manja! Malu dikit dong sama umur,” Ryutaro mulai terpancing emosi. 

Untungnya Keito dengan sigap segera melerai perkelahian Ryutaro-Yamada. Dan Keito pun mengajak mereka untuk segera melanjutkan perjalanan mereka menuju penginapan yang akan mereka tempati selama beberapa hari mereka di sana.

***


Mereka akhirnya sampai juga di penginapan dengan sisa-sisa tenaga yang mereka miliki. Penginapan tersebut tak seperti yang semula mereka bayangkan. Penginapan itu terlihat sudah berumur tua dan tak terawat dengan baik. Namun karena itu adalah penginapan yang satu-satunya berhasil mereka temui di kota itu, maka mereka pun terpaksa memutuskan untuk menginap di sana. 
Karena 1 kamar hanya memiliki 1 ranjang berukuran kecil yang muat untuk satu orang saja, maka mereka pun terpaksa memesan empat buah kamar, yang artinya masing-masing dari mereka menempati kamar yang berbeda.



***

Karena terlalu lelah, Yamada segera berjalan menuju ruang yang akan menjadi kamarnya selama beberapa hari ke depannya. Saat pertama kali memasuki ruangan tersebut, yang menjadi pusat perhatiannya pertama kali adalah ranjang. Sambil tersenyum, ia berjalan mendekati ranjang dan bermaksud untuk merebahkan tubuhnya di sana. Namun langkahnya terhenti saat mendengar tawa cekikikan dari arah pojok ruang kamarnya. Semula ia menduga itu adalah Ryutaro yang bermaksud untuk menggodanya. Sebab sudah menjadi rahasia umum bahwa Yamada paling takut dengan yang namanya hantu dan mahluk sejenis lainnya. Namun, tawa cekikikan itu semakin terdengar nyaring dan memaksa Yamada untuk mau tidak mau segera mencari sumber suara itu. Namun saat dia hendak membalikkan tubuhnya, ia terkejut melihat sesosok anak kecil sedang berdiri di sampingnya dan tersenyum manis. Tubuh Yamada serasa mati rasa. Ia tak bisa menggerakkan kedua kakinya. Dan ia masih berharap bahwa ia sedang bermimpi saat mengetahui bahwa sosok misterius yang ada di sampingnya itu tengah  melayang dan bukannya berdiri.

“Hai…,” ujar sosok itu masih tersenyum dan berusaha untuk menggapai lengan Yamada. Namun seketika itu juga Yamada terjatuh tak sadarkan diri.

***


“HAHAHAHAHAHAHA!”

Tawa keras khas Ryutaro membangunkan Yuto dan Keito  dan membuat keduanya mencari keberadaan bocah pengganggu tidur mereka tersebut.

“Heh, ada apa sih sampai tertawa begitu keras pagi-pagi begini?” tanya Keito pada Ryutaro yang rupanya sedang berada di kamar Yamada.

“Iya! Menyebalkan! Padahal aku lagi mimpi indah!” ujar Yuto dengan tampang kesalnya.

“Hahaha, bagaimana aku nggak ketawa liat Yama-chan tidur di lantai. Ahahaha…  makanya Yama-chan, kau sudah seharusnya menjalani program diet ketat agar ranjang itu bisa muat untuk ukuran tubuhmu. Hahahaha…” Ryu masih terus tertawa dengan wajah memerah sambil memegangi perutnya.

“Huh!! Ryu berisik!! Kan aku udah bilang dari tadi, aku bukannya jatuh dari ranjang, tapi aku-”

“sudahlah, Yama-chan. Tak ada gunanya lagi kau mencoba membela diri. Sudah jelas-jelas tadi aku memergokimu sedang tertidur di lantai,” ujar Ryutaro yang kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Yamada yang memasang tampang kesal.

Yamada memandang ke arah Yuto seakan meminta pembelaan dari sahabatnya itu. “Yuto, kau harus mempercayaiku. Aku bukannya jatuh dari ranjang, tapi semalam aku diganggu hantu anak kecil,” ujar Yama-chan sambil bergidik ngeri membayangkan sosok anak kecil yang mengganggunya itu.

“HAHAHAHAHAHAHA~”

Mendengar perkataan Yamada barusan membuat Yuto dan Keito ikut-ikutan menertawai Yamada.

“Hei, kalian apa-apan sih?! Aku serius tau!! Tempat ini ada hantunya!”

“Yama-chan, mungkin kau terlalu kelelahan makanya bisa sampai bermimipi buruk seperti itu. Sudahlah. Jangan kekanak-kanakan begitu. Hantu itu mana ada di dunia nyata,” ujar Yuto akhirnya meyakinkan sahabatnya itu.

“Kalian semua benar-benar menyebalkan. Kusumpahi kalian didatangi oleh hantu anak kecil itu!!” ujar Yamada sambil keluar dari ruangannya meninggalkan ketiga temannya.

***


Akhirnya Yamada tinggal sendirian di penginapan tersebut. Sedangkan ketiga temannya telah sejak tadi keluar untuk jalan-jalan. Karena masih kesal dengan teman-temannya, ia memutuskan untuk tidak pergi dengan mereka dan menghabiskan waktunya di penginapan dengan membaca komik. Namun aktivitas membacanya terhenti ketika ia mendengar tawa cekikikan itu lagi. Tubuhnya serta merta menjadi panas dingin. Ia sangat ketakutan setengah mati. Dalam hati ia menyesali keputusannya untuk tidak ikut ketiga temannya berjalan-jalan tadi.

“Hai~” ujar sosok mungil di hadapannya dengan tubuh yang melayang ringan di udara.

“HA-HANTUUU~!!” teriak Yamada ketakutan sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Namun rupanya sosok mungil itu semakin mendekat ke arahnya.

“Kamu bisa liat aku?” tanya sosok mungil itu lagi.

“To-tolong jangan ganggu aku. Aku mohon…,” ujar Yamada masih menutupi wajahnya dengan bantal.

“Kyaaaa~! Aku senang sekali! Akhirnya ada juga manusia yang bisa melihatku. Kau jangan khawatir, aku tak akan mengganggumu. Tapi aku hanya ingin jadi temanmu, kok.”

Yamada terkaget demi mendengar apa yang sosok mungil itu barusan katakan. Namun entah bagaimana, bantal yang dari tadi ia pegang untuk menutupi wajahnya tiba-tiba melayang dan akhirnya jatuh di sudut ruangan. Kini ia benar-benar dapat melihat jelas sosok mungil itu yang sedang menatapnya dengan mata yang berbinar-binar. Namun tak lama kemudian sosok itu telah melayang dan berada dekat di samping ranjangnya.

“Namaku Chinen. Namamu siapa?” tanyanya yang seketika membuat Yamada tak sadarkan diri.

“Aneh, kenapa setiap melihatku, dia jadi tak sadarkan diri ya? Apa wajahku terlihat menakutkan?? “ ujar Chinen, Si Hantu Mungil itu.

***


Kegaduhan terjadi malam harinya di penginapan tua itu. Keempat pemuda tersebut terlihat tengah serius memperbincangkan sesuatu.

“Pokoknya aku nggak mau tidur sendiri! Aku mau tidur sama Yuto!” rengek Yamada sambil memegang erat lengan Yuto.

“Yama-chan, ini sudah larut malam. Tolong jangan bertingkah aneh seperti ini,” ujar Keito yang mulai kesal melihat tingkah Yamada yang dinilainya kekanak-kanakan itu.

“Dikamarku ada hantunya! Pokoknya aku nggak mau tidur di sana!!” teriak Yamada masih tetap memegang erat lengan sahabat kecilnya itu.

“Heh, Yama-chan. Kau itu terlalu sering menonton film horror. Sudah kubilang berkali-kali, hantu itu mana ada di dunia nyata! Ngerti?!!” ujar Ryutaro memarahi Yamada.

“Heh, Bocah, jangan sok menasehati deh! Kusumpahi kau dimakan sama hantu itu baru tau rasa!!” sahut Yamada tak mau kalah.

“Sudah, sudah... Jangan bertengkar seperti anak SD begitu. Ini sudah larut malam. Aku sudah mengantuk sekali. Yama-chan, sebaiknya kau kembali ke kamarmu dan segera tidur. Aku dan yang lainnya juga mau tidur sekarang,” ujar Yuto melirik sahabatnya yang masih belum melepaskan cengkramannya dari lengan Yuto itu.

Yamada menatap tak percaya pada sosok yang menjulang tinggi di sampingnya. Ia tak habis pikir. Bahkan Yuto sekalipun tak peduli dan bersikap tak percaya dengan ketakutan yang sedang ia rasakan. Entah kenapa matanya menjadi berkaca-kaca. “Yuto jahat!!” ujarnya pada akhirnya sambil melepaskan cengkramannya dari lengan sahabatnya itu.

Melihat Yama menangis karenanya, Yuto pun jadi merasa bersalah dan kembali ia harus mengalah pada permintaan Yamada seperti biasanya. “Sudah jangan nangis begitu. Baiklah kau boleh tidur di kamarku,” ujar Yuto yang membuat Yamada menjadi tercengang menatapnya dan kemudian menghadiahkannya sebuah senyuman andalannya. Sementara Ryutaro dan Keito hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Yamada yang dinilai mereka seperti anak TK itu.

***

“Yuto, mau ke mana? Aku ikut!” rengek Yamada saat melihat Yuto hendak pergi.

“Aku mau pipis. Masa kamu mau ikut juga?“ ujar Yuto dengan nada sedikit kesal. Akhirnya Yamada sendirian duduk di ranjang Yuto. Entah kenapa tiba-tiba perasaannya menjadi tak enak. Tak lama kemudian, ia merasa ada seseorang yang sedang mengamatinya. Dan saat ia menoleh ke samping, sesosok bocah mungil sedang tersenyum manis ke arahnya.

“Hai~” sapanya riang sambil melambaikan tangannya ke arah Yamada.

“HANTUUUU~!!!” teriak Yamada sehisteris mungkin. Teriakannya itu membuat Yuto dengan gelagapan berlari ke arahnya.

“Yama-chan, kau kenapa?” tanya Yuto khawatir melihat sahabatnya yang terlihat sangat ketakutan dan memeluk lututnya itu.

“Yuto, itu…itu…,” ujar Yamada menunjuk ke arah Chinen. Chinen yang melihat itu hanya tertawa cekikikan.

“Itu apanya??” tanya Yuto yang tak mengerti maksud perkataan sahabatnya itu.

“HANTUU!! Itu hantunya Yuto!” ujar Yamada sedikit berteriak. Yuto mengamati ke arah yang ditunjukkan sahabatnya itu. Namun tak terlihat apapun di sana. Ia mulai ketakutan melihat kondisi sahabat kecilnya itu. ‘Mungkin Yama-chan sudah menjadi gila,’ batinnya menatap iba ke arah Yamada yang masih menunjukkan ekspresi ketakutannya.

“Hahaha. Percuma kau mengatakan itu padanya. Ia tak akan bisa melihat apapun. Hanya kau saja yang bisa melihatku,” ujar Chinen dengan senyum riangnya.

“Sudahlah, Yamada. Sebaiknya kau segera tidur. Aku tidur di sofa saja. Besok pagi kita akan pulang. Jadi perlu istirahat yang cukup malam ini.”

“Jangan~” rengek Yamada.

“Ngg, jangan apa maksudnya?” ujar Yuto membalikkan tubuhnya kembali saat hendak  berjalan menuju sofa.

“Jangan tidur di sofa. Aku benar-benar takut,” rengek Yamada dan hampir menangis.

“Yama-chan, ranjang yang sekecil itu mana mungkin muat untuk kita berdua. Sudahlah. Jangan seperti anak kecil begitu.”

“Hei, Yama-chan…” ujar Chinen mengagetkan Yamada.

“Da-dari mana kau bisa tau namaku?”

“Tentu saja dari dia. Tadi aku mendengar dia memanggilmu begitu. Tak kusangka kau punya nama yang begitu lucu,” ujar Chinen menunjuk ke arah Yuto dan kemudian melayang mendekati ranjang tempat Yamada duduk.

“Yama-chan, kau sedang berbicara dengan siapa?” tanya Yuto dengan wajah keheranan menatap sahabatnya yang sedang berbicara sendiri.

“A-aku sedang berbicara dengan hantu itu…” sahut Yamada yang membuat kedua alis Yuto bertaut. ‘Ya Tuhan, ternyata tak salah lagi. Yama-chan benar-benar telah gila’ ujar Yuto membatin. Ia pun memutuskan untuk tak menghiraukan kegilaan Yamada dan memutuskan untuk segera tidur.

“Apa benar kau akan pulang besok?” tanya Chinen dengan raut wajah sedih.

“Tentu saja! Aku tak ingin berlama-lama di tempat aneh ini.”

“Kenapa? “

“Itu semua karena kau!”

“Tapi aku hanya ingin berteman denganmu. Tak lebih dari itu.”

“Kau bohong!! Di komik-komik yang kubaca, hantu itu di mana-mana jahat. Dia suka membunuh dan memakan manusia.”

“Tapi aku bukan hantu yang seperti itu. Aku tulus ingin bersahabat denganmu. Dari awal kau dan teman-temanmu datang, aku sudah memperhatikanmu. Wajahmu terlihat sangat lucu, seperti boneka. Dan ternyata keajaiban itu datang. Tak kusangka kau bisa melihatku. Namun ternyata aku salah. Kau sama sekali tidak asyik! Kau malah membenciku dan selalu tak sadarkan diri tiap kali melihatku. Padahal aku 'kan hanya ingin main denganmu. Aku tak pernah membunuh dan memakan manusia seperti yang kamu bilang.” Si Hantu Mungil--Chinen-- itu pun menangis, membuat Yamada kebingungan dan mulai merasa bersalah.

“Maaf, sudah menuduhmu yang bukan-bukan,” ujar Yamada pada akhirnya dan hal itu sukses membuat Chinen menghentikan tangisnya dan menatap tak percaya ke arah Yamada.

“Jadi kau mau menjadi temanku sekarang?” tanya Chinen ingin tahu. Yamada menganggukkan kepalanya mantap. Membuat senyum Chinen muncul kembali.

***

“AHAHAHAHA~”

Yuto dengan kesal terbangun dari tidurnya saat mendengar tawa membahana yang memenuhi ruangannya itu. Ia melirik ke arah jam dinding di dekatnya yang menunjukkan pukul dua pagi. Dahinya menjadi mengerut saat melihat sahabatnya--Yamada-- sedang tertawa sendiri duduk di atas ranjang.

“Yama-chan, kau kenapa belum tidur dan malah tertawa-tawa sendiri seperti itu?” tanya Yuto sedikit ketakutan melihat tingkah sahabatnya yang semakin aneh saja itu.

“Hahaha~ Yuto, aku sedang asyik bermain dengan Chinen,” sahut Yamada masih tetap tertawa.

“Chinen? Chinen siapa? Aku tak melihat ada orang lain selain kita di ruangan ini,” ujar Yuto semakin heran dan mulai ketakutan.

“Chinen itu hantu yang sering aku ceritakan. Ternyata dia sama sekali tidak jahat dan sangat menyenangkan”, ujar Yamada menjelaskan kepada Yuto.

‘Sebaiknya aku tidur saja lagi daripada mendengarkan omongan Yamada yang semakin gila. Bisa-bisa nanti aku ketularan gila sama dia,’ ujar Yuto pada dirinya sendiri dan kemudian kembali tidur.

***


Hari kepulangan keempat pemuda itu pun akhirnya tiba. Yuto, Keito, dan Ryutaro terlihat riang sekali saat berkemas untuk pulang ke Tokyo. Sebaliknya Yamada terlihat murung dan tidak  berkata-kata dari tadi. Padahal semuanya tau bahwa di antara mereka, Yamada-lah yang begitu menginginkan untuk segera pulang ke Tokyo. Hal ini tentunya membuat ketiga temannya itu merasa heran. Saat  mereka hendak masuk ke dalam taksi yang akan membawa mereka ke bandara, Yama masih berdiri mematung seperti masih menunggu sesuatu.

“Yama-chan, cepat naik!! Apa kau mau kami tinggal?!” teriak Ryutaro dari dalam taksi yang membuat Yuto dan Keito dengan sigap menutup kedua telinga mereka rapat-rapat.

Tak berapa lama kemudian, sosok Chinen mungil melayang di depan penginapan itu dan menatap sedih ke arah Yamada. Yamada tersenyum padanya. Namun senyuman Yamada tak mendapat balasan. Melainkan yang ada mata Chinen yang biasanya terlihat riang dan berbinar-binar itu mulai terlihat berkaca-kaca.


“AKU PULANG DULU YAAA~! LAIN KALI  AKU PASTI DATANG LAGI DAN BERMAIN BERSAMA DENGANMUUU!” teriak Yamada masih dengan tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Chinen. Namun Chinen masih tetap statis. Hal itu membuat Yamada merasa begitu sedih. Sedangkan di dalam taksi, ketiga sahabat Yamada mulai membicarakan tingkah Yamada yang semakin aneh. Namun perbincangan mereka terhenti saat Yamada masuk ke dalam taksi.

“Maaf membuat kalian menunggu sedikit lama,” ujar Yamada tersenyum namun gurat kesedihan tergambar jelas di wajahnya.

“Tadi kau bicara dengan siapa?” Keito mulai penasaran.

“Dengan temanku.”

“Jangan bilang kalau temanmu itu adalah hantu seperti yang Yuto bilang?!” ancam Ryutaro.

Yamada tak mencoba untuk menjawab perkataan Ryutaro. Dia malah tersenyum yang semakin membuat ketiga temannya kebingungan.

“Keito. Ryu. Terima kasih sudah mengajakku berlibur ke tempat ini. Aku benar-benar senang berlibur kemari. Tiap liburan musim panas pokoknya kita harus berlibur ke kota ini ya!” ujar Yamada sambil tersenyum senang.

“Tentu saja kita akan sering ke kota indah ini!” ujar Keito dan Ryu serempak.

“TIDDAAAAAAAAAAKKK!!!” teriak Yuto yang membuat ketiga temannya itu menertawainya.
***

--Owari--



Bagikan Yuk :




Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar