Jangan Nilai Sesuatu dari Sampulnya (Bagaimana Perjuangan Seorang Introvert)

Selasa, 30 September 2014
Kebanyakan orang terlampau sering menilai seseorang dari bungkus luarnya. Mengecap seseorang sombong, menandai orang yang lain ramah dan baik hati, serta berbagai bentuk penilaian lainnya terhadap orang yang mereka kenal sambil lalu.

Pernahkah kalian berpikir bahwa barangkali semua yang kita perhatikan pada orang-orang asing yang kita temui itu adalah semacam ‘topeng’ untuk menutupi diri mereka yang sejatinya? Bagaimana jika mereka sebenarnya tidak sesuai dengan sampul yang mereka tunjukkan?

Barangkali kita sering merasa kesal pada orang yang terlihat sombong dan irit kata. Kita akan mengecap mereka dengan mudah sebagai si anti sosial, sebab mereka sama sekali tidak ramah dan terkesan sibuk dengan diri mereka sendiri, alias egois.

Mereka kadang tak perlu dan tak ingin membuka obrolan basa-basi dengan kita yang baru dikenal mereka sepintas lalu. Namun ada kata-kata dari William James yang perlu kita perhatikan yakni,"Seorang manusia memiliki diri sosial sebanyak keberadaan kelompok orang yang berbeda yang pendapatnya dia pedulikan. Dia biasanya menunjukkan sisi lain yang berbeda dari dirinya bagi tiap-tiap kelompok yang berbeda ini."

Nah, jadi mungkin saja si anti sosial ini ternyata dikenal sebagai orang yang ramah dan suka menolong temannya yang kesulitan, bahkan mungkin ada kenalannya yang mengatakan bahwa si anti sosial itu adalah tipe humoris dan menyenangkan. 

Itu mungkin saja.

Terkadang memang manusia menunjukkan sifat-sifat tertentunya hanya kepada sebagian orang. Dan sifat kita kepada orang yang satu dengan yang lain tentu tidaklah sama persis. Terkadang kita menyesuaikan dengan siapa kita berinteraksi.

Ya, jadi kita memang dapat merentangkan kepribadian kita, tapi hanya sampai titik tertentu. Seperti teori karet gelang kepribadian yang dipaparkan oleh Susan Cain, kita ini elastis dan bisa merentangkan diri kita sendiri,tetapi dengan keterbatasan.

Mungkin saja si anti sosial (introvert) dapat menjadi sosok yang supel, ramah, dan humoris, namun tentu saja ia tak bisa melakukan itu terus-menerus, karena itu bukan sifat alamiahnya. Sekuat apa pun ia mencoba mengubah dirinya, ia tak akan bisa melepaskan diri dari warisan genetiknya. Jadi si anti sosial hanya bisa menyamar menjadi sosok ekstrovert, tapi bukan berarti serta-merta ia berubah menjadi sosok ekstrovert.

Tentu saja tidak mudah menyamar atau melakoni sesuatu yang bukan diri kita, seperti itulah yang mungkin kerap dirasakan para introvert. Tapi terkadang demi dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, mereka mau tidak mau mesti menyamar. Namun, dalam melakukan penyamaran mereka, mereka harus mempunyai semacam ‘relung penyembuhan’.

Relung penyembuhan yang dimaksud di sini adalah waktu bagi diri introvert itu sendiri setelah menghabiskan energi mereka untuk terus berinteraksi dengan orang banyak. 

Sangat berbahaya apabila seorang introvert tidak memiliki relung penyembuhan bagi dirinya. Kenapa saya dapat mengatakan seperti itu? Karena saya pernah mengalaminya sendiri. 

Tanpa adanya relung penyembuhan, hal itu akan berdampak pada kesehatan fisik dan psikis si introvert itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Profesor Little yang mengatakan bahwa, "Berperilaku di luar karakter dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf autonomic, yang dapat, pada gilirannya, membahayakan fungsi imunitas."

Nah, semoga setelah ini kita tidak gampang menilai orang dari sampulnya saja. Karena para introvert terkadang melakukan perjuangan yang berat, melawan atau berharap dapat mematikan karakternya hanya agar di terima dunia.